Informasi dapat ditampung lebih dulu, di-skimming selagi proses tengah berlangsung. Googling mempercepat arus informasi dan pembentukan realita yang baru.
Namun perlu diingat bahwa bahasa media sosial memiliki kesanggupan untuk menciptakan manipulasi informasi, rekayasa citra, simulasi realitas. Kecepatan instan dalam mengumpulkan informasi, pengetahuan, dan kebenaran dapat mengarah ke penarikan kesimpulan yang salah atas realita.
Alih-alih mau cepat, malah tidak memiliki pemahaman yang mendalam. Demikianlah citra-citra realita dunia digital yang tampak dari penggunaan bahasa dalam media sosial kita.
Citranya sepintas lalu menjanjikan, namun dibutuhkan upaya untuk meniadakan paradoks-paradoks yang muncul saat ini agar kelak realita yang muncul sesuai dengan yang kita impi-impikan, bukan cuma sekedar fenomena semata. [dam]
Silakan disimak juga, artikel/tulisan yang menarik ini untuk menambah wawasan tentang media sosial:
Marc Prensky: Digital Immigrants, Digital Native
Librarians Ninja
The Paradox of Social Media
Media Sosial Budaya Demokrasi
13 Paradoks dalam Masyarakat New Wave
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H