PENDAHULUAN :
 Dinamika pertumbuhan penduduk perkotaan dengan berbagai fungsinya membawa dampak ketersediaan ruang hijau di kota. Dampak dari berbagai kegiatan ekonomi dan termasuk kebutuhan yang besar akan lahan budidaya, sehingga diperlukan ruang semakin sedikit bukaan alami di kota. kecenderungan perkembangan kota hal ini terjadi tidak hanya di pusat kota tetapi juga meluas ke pinggiran kota dan lingkungan, di mana seiring meningkatnya populasi penduduk juga kebutuhan untuk mengembangkan struktur dan infrastruktur perkotaan untuk memenuhi kebutuhan warga kota.Â
Penerapan konsep green city merupakan salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk meminimalisir kemugkinan problem perkotaan menjadi lebih runyam dengan pertumbuhan kota besar yang begitu berlebihan dengan beberapa cara antara lain menangani perkembangan kota-kota kecil dan menengah secara baik, antara lain dengan penyediaan ruang terbuka hijau, pengembangan jalur sepeda dan pedestrian, pengembangan kota kompak, dan pengendalian penjalaran kawasan pinggiran. (Hidayat, 2017)
 Wildsmith (2009) menyatakan bahwa kota hijau (green city) adalah sebuah kota dengan kondisi ekosistem berkeseimbangan sehingga fungsi dan manfaatnya berkelanjutan. Kota hijau merupakan respon terhadap isu perubahan iklim melalui tindakan adaptasi dan mitigasi. Dalam pengembangan Kota Hijau juga dimaksudkan pembangunan manusia kota yang berinisiatif dan bekerjasama dalam melakukan perubahan dan gerakan bersama seluruh unsur pemangku kepentingan kota.
Program Urban Farming adalah salah satu program dari yang bertujuan untuk membantu masyarakat miskin dalam memenuhi konsumsi makanan yang bergizi dan untuk mengurangi pengeluaran keluarga (Junainah, 2016). Urban Farming dilakukan dengan cara memanfaatkan lahan yang terbatas diperkotaan untuk aktivitas pertanian. Salah satu contohnya adalah dengan menanam sayuran di botol.Â
Apabila setiap rumah tangga menerapkan urban farming dirumahnya, tentu saja ini akan berdampak pada ekonomi rumah-tangganya. Kebutuhan sayur-mayur maupun apotek hidup bisa dipenuhi sendiri, pada akhirnya hal ini akan menekan permintaan akan komoditi tersebut, sehingga harganya akan relatif stabil. Selain itu, rumah tangga yang melaksanakan urban farming akan mampu melakukan penghematan, sehingga pendapatannya bisa dialokasikan untuk hal lain.
Konsep Green City
* Perencanaan dan desain
Perencanaan dan desain hijau adalah perencanaan tata ruang kota berdasarkan konsep kota berkelanjutan. Tuntutan kota hijau pemerintah kota dapat melaksanakan perencanaan tata guna lahan dan bangunan di kawasan perkotaan yang ramah lingkungan dan menciptakan tatanan ruang menarik dan estetis.
* Ruang Terbuka Hijau
Elemen penting untuk dipertimbangkan dalam konsep perkotaan hijau adalah keberadaan ruang terbuka hijau di suatu kawasan perkotaan. Ruang terbuka di daerah perkotaan memainkan peran penting dalam mengurangi polusi.
* Green Waste (pengolahan limbah)
Sampah hijau adalah pengelolaan sampah perkotaan dengan prinsip mengurangi, menggunakan kembali dan mendaur ulang. Pengelolaan sampah harus dikelola dengan baik di kawasan perkotaan gunakan teknik pengelolaan dan pembuangan limbah ramah lingkungan.
* energi hijau
Energi hijau adalah salah satu upaya kota untuk mengurangi konsumsi energi juga menghemat konsumsi energi meningkatkan penggunaan listrik dari sumber terbarukan seperti energi surya, angin, dan sebagainya. (Kusuma et al., 2020)
IMPLEMENTASI KONSEP GREEN CITY
* Green Building
Semakin cepatnya pembangunanan ekonomi akan berdampak pada kondisi infrastruktur suatu negara. Masifnya pembangunan gedung-gedung bertingkat akan semakin meminimalkan area hijau yang mana penting untuk kehidupan. Pentingnya pengembangan gedung dengan menerapkan konsep green building sangat dianjurkan oleh pemerintah untuk mengurangi dampak negatif dari hilangnya lahan hijau dalam kota.Â
Sebuah bangunan yang berdiri dapat diakui oleh masyarakat umum sebagai bangunan hijau (green building) jika telah memperoleh pengakuan dari suatu lembaga. Salah satu strategi dalam mengimplementasikan Konsep Green Building adalah dengan Teknik Vertikultur (Temmy,D, Farida, Y.A., Endah, J. 2004). Teknik vertikultur merupakan cara bertanam yang dilakukan dengan menempatkan media tanam dalam wadah-wadah yang disusun secara vertikal, atau dapat dikatakan bahwa vertikultur merupakan upaya pemanfaatan ruang ke arah vertikal.
* Pertanian Perkotaan
Home Farming (Bertani Skala Rumah Tangga)
Berkebun di rumah adalah fenomena populer di semua lapisan masyarakat di seluruh dunia dan merupakan bentuk pertanian perkotaan yang paling umum. Kedekatan taman dengan rumah, budidaya berbagai makanan, dan penggunaan makanan murah sering dianggap sebagai ciri dasar rumah tangga. Produksi biasanya menambah lebih banyak makanan daripada sumber konsumsi utama. Keuntungan utamanya adalah penyediaan makanan berupa lalapan, penghematan biaya makan dan tambahan penghasilan saat dijual (Oluoch et al., 2009).
Community Farming (Bertani Skala Komunitas)Â
Pertanian skala komunitas berarti sekelompok orang di suatu daerah bercocok tanam bersama. Kelompok-kelompok ini berkisar dari asosiasi perkotaan, yang terkait erat dengan kerja sama, hingga kelompok yang hanya berbagi lahan pertanian (Neergaard, Drescher & Kouam, 2009). Pertanian tingkat masyarakat menuntut masyarakat untuk mengelola hasil panennya untuk kepentingan bersama, sehingga tanaman pangan yang mereka tanam tidak menentu. Melalui kebun masyarakat, warga berkesempatan memanfaatkan lahan bersama atau subsidi dengan cara pemeliharaan yang tidak membutuhkan biaya terlalu besar, namun dengan hasil yang maksimal.
 Bertani Tanpa Tanah
Istilah "budidaya tak dinodai" didefinisikan sebagai budidaya tanaman dalam sistem tak dinodai. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak inovasi pertanian telah menggunakan tas, ember, dan tabung nutrisi tambahan untuk mengembangkan lingkungan tumbuh dan berkebun tanpa tanah. Cara budidaya ini meliputi sistem tanpa tanah padat atau agregat tanah, menggunakan substrat anorganik atau organik untuk tanaman (Gruda & Tanny, 2014). Pertanian tanpa lahan cocok untuk pertanian perkotaan, terutama dalam hal efisiensi sumber daya dan keberlanjutan. Ada beberapa contoh implementasi di dalam negeri, antara lain:
a). Hidroponik, yaitu nutrisi berupa sayuran yang ditanam di air, yang mengandung mineral dan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman. Hidroponik sama dengan urban farming pada umumnya, dimana ditanam makanan tambahan (bukan primer).
b). Sistem akuaponik yang terdiri dari unit hidroponik menanam sayuran dan budidaya ikan. Limbah dari ikan dialirkan melalui saluran hidroponik dan kemudian sebagian kotoran ikan dikeluarkan untuk dijadikan makanan nabati. Jenis produksi ini memungkinkan produksi sayuran dan ikan secara simultan dalam rangkaian paralel. Properti ini membuat aquaponik sangat berkelanjutan dalam hal daur ulang makanan dan air
 KESIMPULAN :
 Ledakan penduduk yang begitu cepat, membawa dampak pada kebutuhan lahan, perumahan, sandang, pangan dan sarana publik lain untuk dipenuhi. Sementara kondisi perkotaan tidak mampu mendukung kebutuhan penduduk secara keseluruhan. Akibatnya banyak persoalan terkait hal tersebut, baik problematika fisik maupun kondisi sosial masyarakat perkotaan.
Konsep Green City, menjadi alternatif solusi mengatasi problematika pemenuhan kebutuhan masyarakat dan upaya pelestarian lingkungan hidup. Saatnya mewujudkan dan mengimplementasikan konsep Green City untuk membangun daerah perkotaan di Indonesia seiring tujuan pembangunan berkelanjutan yang diinginkan bersama demi kesejahteraan masyarakat.Â
REFERENSI :
Birley MH, Lock K (1999) The health impacts of peri-urban natural
resource development. Cromwell, London.
Drescher AW (2004) Food for the cities: urban agriculture in developing
countries. Acta Hort 643:227--231.
Gruda, N., & Tanny, J. (2014). Protected Corps. In G. R. Dixon & D. E. Aldous (Eds.), Horticulture: Plants for People and Places, Volume 1 (pp. 327--405). Dordrecht: Springer.
Hidayat, S. I. (2017). Green City : Solusi Problematika Perkotaan Dalam Dimensi Pembangunan. Green City: Solusi Problematika Perkotaan Dalam Dimensi Pembangunan Berkelanjutan, 567--576.
Klinkenberg E, Amerasinghe FP (2006) Risk assessment: malaria in urban and peri-urban agriculture. Resource paper 2. In Boischio A, Clegg A, Mwagore D (eds) Health risks and benefits of urban and peri-urban agriculture and livestock (UA) in sub-Saharan Africa. Urban Poverty and Environment, IDRC Series Rep. No.
1, pp 35-46.
Kusuma, R. D., Purnomo, E. P., & Kasiwi, A. N. (2020). Analisis Upaya Kota Surabaya Untuk Mewujudkan Kota Hijau ( Green City ). Dinamika: Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara, 7(1), 13--27.Â
Neergaard, A. de, Drescher, A. W., & Kouam, C. (2009). Urban and Peri-Urban Agriculture in African Cities. In C. M. Shackleton, M. W. Pasquini, & A. W. Drescher (Eds.), African Indigenous Vegetables in Urban Agriculture (pp. 67--96). London: Routledge. https://doi.org/10.4324/9781849770019
Oluoch, M. O., Pichop, G. N., Silu, D., Abukutsa-Onyango, M. O., Diouf, M., & Shackleton, C. M. (2009). Production and harvesting systems for African indigenous vegetables. In C. M. Shackleton, M. W. Pasquini, & A. W. Drescher (Eds.), African Indigenous Vegetables in Urban Agriculture (pp. 145--175). London: Earthscan. https://doi.org/10.4324/9781849770019
Sukirno, (2006). Makroekonomi: Teori Pengantar, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Temmy,D, Farida, Y.A., Endah, J. 2004. Teknik Bertanam di Lahan Sempit. Agromedia Pustaka, Jakarta
Todaro, Michael P. (2000). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Erlangga. Jakarta.
Wahida Junainah, Sanggar Kanto, Soenyono, (2016). Program Urban Farming Sebagai Model Penanggulangan Kemiskinan Masyarakat Perkotaan (Studi Kasus di Kelompok Tani Kelurahan Keputih Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya) Wacana Vol. 19, No. 3 (2016) ISSN : 1411-0199 E-ISSN : 2338-1884
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H