Hallo Kompasianers!
Salam kenal. Artikel ini merupakan tulisan pertama saya di Kompasiana dalam rangka ikut menunjukkan rasa peduli atas permasalahan stunting yang masih banyak terjadi di sekitar kita.
Stunting atau masalah gizi kronis masih menjadi PR besar bangsa ini. Hingga menjelang peringatan kemerdekaan yang ke-73 di tahun ini, rupanya Indonesia belum lepas dari masalah terkait pemenuhan gizi bagi calon penerus generasi bangsa. Stunting kerap kali dipandang sebagai permasalahan ringan. Hal ini tentu tak mengherankan karena istilah stunting pun belum terlalu familiar di kalangan masyarakat awam.Â
Sehingga sebagian orangtua masih meraba-raba mengenai penyebab, tanda maupun kapan seorang anak dapat diidentifikasi menderita gangguan gizi ini. Jangankan begitu, bahkan sebagian orangtua masih abai dengan 1000 hari pertama bagi calon buah hatinya yang ternyata sudah dimulai sejak Si Jabang Bayi masih dalam kandungan.
Sedikit cerita saat pengalaman hamil anak pertama di tahun 2011. Kala itu, orangtua saya terutama ibu, seperti tak lelah mengingatkan agar saya mengonsumsi makanan dalam jumlah cukup dengan jenis bervariasi.Â
Tujuannya agar janin mendapatkan asupan yang cukup dan beragam dari makanan ibunya dan tentu saja agar kebutuhan nutrisinya tercukupi. Untuk itu saya selalu dipaksa makan, meskipun mual dan muntah selama 4 bulan pertama kehamilan tak dapat saya hindari. Baik saat hamil anak pertama, maupun saat kehamilan yang kedua.
Dokter kandungan pun selalu mendorong saya untuk makan. "Jika tak mau nasi, maka pilihlah roti. Tapi jika mual dengan roti, kentang atau ubi bisa jadi pengganti,"Â begitu nasihatnya pada saya kala itu.
Dikasih vitamin ya nggak pernah komplain. Selalu rutin saya konsumsi hingga habis. Syukur alhamdulillah saya sehat, begitu pula dengan bayi yang saya lahirkan. Tapi, asal tahu saja. Saat itupun sebenarnya saya belum paham mengenai istilah stunting atau pentingnya 1000 hari pertama bagi anak.
Baru setelah hamil anak kedua pada tahun 2014 saya tahu, bahwa kasus stunting pada anak bisa saja dimulai sejak si kecil masih dalam kandungan, atau yang kini saya ketahui istilahnya sebagai 1000 hari pertama yang paling penting untuk anak.