Kemunculan bahasa-bahasa baru dari setiap generasi, seperti kata ‘skibidi’ dan lainnya, mungkin tidak dapat dikategorikan sebagai kemajuan berbahasa lintas generasi. Sebab, dengan kasus yang sama dengan generasi Z, jika istilah ‘skibidi’ tadi disampaikan kepada generasi X ataupun baby boomers, belum tentu mereka memahaminya. Sehingga proses komunikasi yang terjadi, menjadi terhambat. Meskipun demikian, istilah kosakata-kosakata yang baru muncul tersebut juga tidak dapat dikategorikan sebagai kemunduran bahasa. Karena pada dasarnya, bahasa telah mengalami perubahan, baik secara ejaan, maupun penggunaan.
Bahasa-bahasa yang digunakan sebagai instrument komunikasi yang jelas mengalami perubahan, perlahan tergerus oleh zaman dan waktu. Dikutip dari jurnal Analisis Penggunaan Kosakata Bahasa Indonesia di Kalangan Generasi Alpha, banyak generasi-generasi gen Alpha yang kerap kali menggunakan bahasa-bahasa gaul untuk berkomuikasi antar satu dengan yang lainnya. Kosakata-kosakata baru tersebut lahir akibat penggunaan internet yang erat dengan kehidupan para gen Alpha tersebut. Jika bahasa baru yang terkesan abstrak dan tidak memiliki konteks khusus tersebut semakin sering digunakan, perlu adanya kekhawatiran ketidakfasihnya generasi Alpha kedepannya dalam penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta penggunaan bahasa daerah masing-masing untuk berkomunikasi.
Meskipun demikian, perlu digaris bawahi bahwa bahasa memiliki sifat manusaka, di mana bahasa akan berevolusi dan berubah seiring perkembangan zaman dan waktu. Bahasa-bahasa gaul yang hadir di tengan-tengah gen Alpha, merupakan bahasa yang lahir dari sebuah tren, dan akan berangsur-angsur hilang dan akan timbul kembali bahasa-bahasa gaul yang baru, maupun bahasa-bahasa gaul yang lama kembali diangkat pada era yang lebih maju kedepan.
Meskipun demikian, kesadaran Berbahasa Indonesia yang baik harus diterapkan sejak dini kepada setiap generasi. Perlu diupayakan agar bahasa-bahasa Indonesia yang telah ada tidak tergerus dengan kehadiran bahasa-bahasa baru nan gaul yang terkesan abstrak dan tidak memiliki  konteks yang jelas.  Hal itu membantu mewujudkan  bahasa sebagai instrument komunikasi dapat befungsi sebagaimana mestinya, khususnya jika berkomunikasi dengan sesorang dari lintas generasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H