Mohon tunggu...
Damara SuryaMarpaung
Damara SuryaMarpaung Mohon Tunggu... Freelancer - Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya

Saya Damara Surya Marpaung, mahasiswa Ilmu Komunikasi. Saya memiliki ketertarikan dalam bidang menulis artikel, sehingga saya sangat ingin mengembangkannya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bahasa Gaul Baru Generasi Alpha, Kemajuan atau Kemunduran Bahasa dalam Komunikasi?

10 Juli 2024   01:04 Diperbarui: 11 Juli 2024   10:46 1097
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : arabadonlie.com

Bahasa pertama kali diperkirakan muncul di dunia pada 3000 SM. Dilansir dari kompas.com, pada masa itu, manusia-manusia hidup dalam kelompok-kelompok kecil. Selama berabad-abad, manusia berevolusi serta menyebar ke seluruh penjuru dunia dan membentuk peradaban dan kebiasaan-kebiasaan, serta bentuk komunikasi yang berbeda di berbagai benua, salah satunya Benua Asia, khususnya Indonesia. Perkembangan dari peradaban-peradaban ini menciptakan seni, teknologi, dan ilmu pengetahuan yang memengaruhi perkembangan manusia, serta proses interaksi satu sama lain hingga saat ini.

Dalam berinteraksi dan berkomunikasi, bahasa merupakan salah satu instrumen yang selalu digunakan oleh setiap individu untuk berkomunikasi antara satu individu dengan individu lainnya. Dikutip dari jurnal Bahasa Sebagai Alat Komunikasi Dalam Kehidupan Manusia, bahasa merupakan bagian yang penting dalam keseluruhan hidup manusia. Jika penggunaan bahasa yang secara minim dapat dipahami sesuai dengan tujuan dari pembicara, maka bahasa dapat mencapai tujuan untuk penyampaian sebuaah pesan dalam komunikasi. Jika bahasa yang digunakan tidak dapat dipahami oleh penerima pesan, maka dapat dikatakan bahwa proses komunikasi yang terjalin adalah gagal.

Seiring perkembangannya peradaban dan generasi, perkembangan bahasa juga tidak bisa dihindarkan. Dilansir dari detik.com, sesuai dengan research yang dilakukan oleh Pew Research Center dan Biro Sensus Amerika Serikat, sejauh ini, pengategorian generasi dapat dibedakan menjadi delapan generasi, yang terdiri dari ; Generasi Perang Dunia II (1922-1927), Generasi Pasca Perang (1928-1945), Generasi Boomer I (1946-1954), Generasi Boomers II atau Baby Boomers (1955-1964), Generasi X (1965-1980), Generasi Milenial (1981-1996), Generasi Z (1997-2012), dan yang paling baru adalah Generasi Alpha (2013-2025). Meskipun demikian, terdapat beberapa perbedaan rentang tahun kelahiran antar generasi satu dan lainnya dari sumber-sumber yang berbeda.

Perkembangan zaman yang melahirkan generasi-generasi baru pastinya diikuti oleh perkembangan bentuk interaksi dan komunikasi antarindividu. Pergeseran generasi yang relatif cepat, terkadang menimbulkan ketimpangan-ketimpangan pemahaman cara tutur dan juga bahasa antar generasi, sehingga sering terjadinya communication gap generation. Cara dan bahasa yang kerap digunakan serta cara penyampaian yang dilakukan oleh generasi Baby Boomers kepada generasi Z tentu berbeda dengan cara serta bahasa yang digunakan oleh generasi Z itu sendiri, sehingga kerap terjadi kesalahpahaman berkomunikasi yang salah satu sebabnya ditimbulkan dari bahasa. Sehingga, jika merujuk bahwa bahasa merupakan instrument komunikasi yang terpenting untuk berkomunikasi, dan jika bahasa tidak dapat dipahami dengan baik, dapat memicu kegagalan berkomunikasi, gap generation juga menjadi sebagian kecil yang memberikan sumbangsih dalam kegagalan berkomunikasi yang disebabkan ketidakpahaman bahasa.

Pekembangan bahasa sehari-hari yang terjadi setiap generasi, menghasilkan bahasa-bahasa baru yang terkadang tidak dapat diketahui muncul dari mana, khususnya di Indonesia. Pada era generasi Z, yang merupakan generasi sebelum generasi alpha, kita pasti tidak asing dengan istilah ‘kamseupay,’ yang popular pada tahun 2012 silam. Istilah tersebut merupakan singkatan yang  memiliki arti ‘kampung sekali udik payah.’ Istilah tersebut popular setelah salah satu sinetron di stasiun TV mempopulerkan kata tersebut. Bagitu pula istilah ‘ciyus, miapa?’ yang merupakan istilah lain dari kata ‘serius? Demi apa?’ yang bernuansa dilebih-lebihkan, atau sering disebut, alay. Kosakata-kosakata generasi baru tersebut berbanding terbalik pada generasi-generasi sebelumnya yang terkesan kaku dan juga lebih formal.

Generasi yang paling baru, generasi Alpha, akhir-akhir ini juga memberikan sumbangsihnya dalam berbahasa yang bahkan kerap kali digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Salah satu yang saat ini sedang ramai dengan istilah bahasa gaul gen alpha atau alpha slang. Namun, apakah evolusi bahasa sebagai instrument berkomunikasi ini menjadi titik kemajuan bahasa, ataukah kemunduran?

Istilah-istilah baru cukup banyak muncul dikalangan Generasi Alpha, seperti rizz, yang berarti ‘karisma’ dan sering digunakan untuk orang yang dianggap memiliki karisma atau wibawa. Terdapat juga istilah GOAT, yang merupakan singkatan dari Greatest Of All Time atau dalam Bahasa Indonesia berarti ‘orang yang paling hebat sepanjang waktu’gyatt. Selain itu juga ada istilah sus, atau yang berarti suspect, atau dalam Bahasa Indonesia adalah tersangka atau yang dicurigai, dan istilah mewing, yang merupakan kata kerja untuk menempatkan lidah di langit-langit mulut yang bertujuan untuk menunjukkan bentuk rahang. Serta masih banyak lagi kata-kata baru lainnya.

Salah satu yang paling terkenal akhir-akhir ini adalah istilah ‘skibidi,’ yang ramai digunakan oleh generasi Alpha. Dilansir dari Sonora.id, istilah skibidi merupakan onomatopoeia, atau kata yang muncul dari suara sesuatu hal. Dalam konteks ini, kata skibidi diambil dari lagu “Dom Dom Yes Yes" dari Biser King yang diremix dengan lagu  "Give It to Me" dari Timbaland yang reffnya dipercepat, sehingga terdengar seperi kata ‘skibidi.’ Dilansir dari jawapos.com, pada kalangan gen alpha, kata skibidi merupakan rujukan dari suatu ekspresi, tergantung konteksnya. Contohnya seperti, “Kamu skibidi sekali!” yang berarti “Kamu aneh sekali” atau “What the skibidy!” yang berarti "apa-apaan!"

Kemunculan kata skibidi pertama kali dipopulerkan berkat animasi di youtube yang dibuat oleh Dafuq Boom. Berupa video animasi toilet yang memiliki kepala di lubangnya. Animasi itu sangat popular di kalangan gen alpha, dan semakin ramai yang mendengarkan dan menontonnya akibat penyebaran video animasi tersebut di platform media sosial lainnya, seperti Instagram dan Tiktok. Kata-kata ini bukan hanya sekadar digunakan di lingkup media sosial saja, tetapi kerap juga ditemukan dalam pembicaraan sehari-hari di dunia nyata. Sehingga membuat mereka secara tidak langsung menciptakan kata dan bahasa baru dalam berkomunikasi.

Sebagai generasi yang sangat dekat dengan akses internet, gen Alpha sangat dengaan mudah memperoleh insight-insight baru yang belum pernah dia dapatkan sebelumnya. Dikutip dari jurnal Analisis Penggunaan Kosakata Bahasa Indonesia di Kalangan Generasi Alpha, anak-anak yang baru saja berusia 7 tahun pada generasi alpha, telah dipercayai memegang handphone oleh oraang tua nya, sebagai keperluan bermain, maupun berkomunikasi. Sehingga, hal tersebut mendorong anak-anak ini mengonsumsi hal-hal yang sedang tren di internet, seperti perilaku dan bahasa, kemudian dibawanyalah ke dunia nyata.

Kemunculan bahasa-bahasa baru dari setiap generasi, seperti kata ‘skibidi’ dan lainnya, mungkin tidak dapat dikategorikan sebagai kemajuan berbahasa lintas generasi. Sebab, dengan kasus yang sama dengan generasi Z, jika istilah ‘skibidi’ tadi disampaikan kepada generasi X ataupun baby boomers, belum tentu mereka memahaminya. Sehingga proses komunikasi yang terjadi, menjadi terhambat. Meskipun demikian, istilah kosakata-kosakata yang baru muncul tersebut juga tidak dapat dikategorikan sebagai kemunduran bahasa. Karena pada dasarnya, bahasa telah mengalami perubahan, baik secara ejaan, maupun penggunaan.

Bahasa-bahasa yang digunakan sebagai instrument komunikasi yang jelas mengalami perubahan, perlahan tergerus oleh zaman dan waktu. Dikutip dari jurnal Analisis Penggunaan Kosakata Bahasa Indonesia di Kalangan Generasi Alpha, banyak generasi-generasi gen Alpha yang kerap kali menggunakan bahasa-bahasa gaul untuk berkomuikasi antar satu dengan yang lainnya. Kosakata-kosakata baru tersebut lahir akibat penggunaan internet yang erat dengan kehidupan para gen Alpha tersebut. Jika bahasa baru yang terkesan abstrak dan tidak memiliki konteks khusus tersebut semakin sering digunakan, perlu adanya kekhawatiran ketidakfasihnya generasi Alpha kedepannya dalam penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta penggunaan bahasa daerah masing-masing untuk berkomunikasi.

Meskipun demikian, perlu digaris bawahi bahwa bahasa memiliki sifat manusaka, di mana bahasa akan berevolusi dan berubah seiring perkembangan zaman dan waktu. Bahasa-bahasa gaul yang hadir di tengan-tengah gen Alpha, merupakan bahasa yang lahir dari sebuah tren, dan akan berangsur-angsur hilang dan akan timbul kembali bahasa-bahasa gaul yang baru, maupun bahasa-bahasa gaul yang lama kembali diangkat pada era yang lebih maju kedepan.

Meskipun demikian, kesadaran Berbahasa Indonesia yang baik harus diterapkan sejak dini kepada setiap generasi. Perlu diupayakan agar bahasa-bahasa Indonesia yang telah ada tidak tergerus dengan kehadiran bahasa-bahasa baru nan gaul yang terkesan abstrak dan tidak memiliki  konteks yang jelas.  Hal itu membantu mewujudkan  bahasa sebagai instrument komunikasi dapat befungsi sebagaimana mestinya, khususnya jika berkomunikasi dengan sesorang dari lintas generasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun