Mohon tunggu...
Damar Dwi Nugroho
Damar Dwi Nugroho Mohon Tunggu... -

Pegiat Sosial

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kisah Tukijo Digit Anjing

15 Juni 2011   02:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:30 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kini sampil terus merintih Tukijo hanya bisa pasrah dan pasrah, diapun tak sekalipun menyesali apa yang telah dia lakukan meski telah diperingatkan oleh Srajio bakul tongseng asu (penjual tongseng anjing) kala itu agar dilepas saja biar tidak memperoleh masalah dikemudian hari toh kalau yang jenis ini dagingnya tidak enak. Yang dipikirkan Tukijo hanyanya bagaimana mempertahankan tanamannya yang telah diganggu hama, tanaman lombok meski sering membuat pedas orang tapi itulah satu satunya sumber hidupnya, kalau tanaman ini gagal panen atau tidak bisa menanam untuk selamanya saja saja dia dan keluarganya mati, oleh karena itu sama saja mati sekarang atau nanti. yang pasti anjing anjing itu telah mengancam tanaman lombok kalau tidak ditangkap pasti akan merusak tanaman dan tidak panen yang artinya mati tidak bisa makan.

Pikiran Tukijo terus melayang sementara perih luka gigitan anjing semakin terasa dan membuat luka yang mulai membusuk, kini Tukijo hanya bisa tergolek dalam sarang anjing dalam kepasrahan.

Yogyakarta, 15 Juni 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun