Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Sejarah Panjang Syekh Burhanuddin dan Peradaban Ulakan yang Tidak Boleh Dibelokkan

11 Desember 2023   13:36 Diperbarui: 11 Desember 2023   13:40 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makan Syekh Burhanuddin yang sudah jadi cagar budaya di Sumatera Barat. (foto dok damanhuri)

Warih bajawek, pusako batolong sejak dulunya, ulayat Ulakan yang merupakan ulayat Rangkayo Amai Said Datuak Bandaro, saat ini dijalankan oleh Yusabri.

Cerita Rangkayo Amai Said Datuak Bandaro ini, bahwa untuk membersamai dengan kekuatan Ulakan secara menyeluruh, dalam pengelolaan makam, para Rajo yang lain, termasuk panghulu, itu sifatnya dibawa oleh Rangkayo Amai Said Datuak Bandaro.

Kenapa demikian, hanya Rangkayo Amai Said Datuak Bandaro yang pakai imam dan khatib. Sementara, Rajo lainnya tidak yang memakai sekali dua, imam khatib seperti Rangkayo Amai Said Datuak Bandaro ini.

Imam khatib inilah sehari-harinya menjalankan titah mengelola makam itu. Termasuk dalam mengadakan musyawarah mufakat untuk membuka kotak infak yang ada di makam itu.

Sementara, Heri Firmansyah Tuanku Khalifah merasakan betapa polemik dan pro kontra baru zaman dia jadi khalifah ini terjadinya.

Sepanjang pengetahuan alumni Pondok Pesantren Madrasatul 'Ulum Lubuk Pua, Padang Pariaman ini, garis khalifah dari dulu belum ditemukan ada masalah.

Padahal, dia diangkat dan dikukuhkan jadi khalifah meneruskan titah dari pendahulunya, Syekh Barmawi yang menjalankan kekhalifahan dari 1336-1424 H.

"Prosesinya lengkap. Seluruh niniak mamak nan berulayat, panghulu, para ulama, termasuk Tuanku Kadhi Ulakan, Tuanku Kadhi VII Koto, Tuanku Kadhi Lubuk Ipuah hadir membersamai kegiatan prosesi pengukuhan khalifah ke saya," cerita Heri Firmansyah.

Membaca Syekh Burhanuddin, tidak bisa melepaskan dari tiga titik sentral di Ulakan itu. Titik sentral yang jadi sejarah penting dan sejarah panjang Syekh Burhanuddin itu sendiri.

Pertama makam Syekh Burhanuddin itu sendiri di Ulakan. Kedua Surau Pondok Ketek, sebagai tempat penyimpanan peninggalan Syekh Burhanuddin, dan ketiga Surau Gadang Tanjung Medan, sebagai surau tempat Syekh Burhanuddin mengajar dulunya, sepulang dari Aceh.

Barangkali, kata Heri Firmansyah Tuanku Khalifah, Ulakan yang terkenal sebagai pusat "Basafa" setiap tahunnya dalam memaknai hari wafatnya Syekh Burhanuddin, perlu di-Perda-kan oleh Pemkab Padang Pariaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun