Saya agak terkejut juga ketika bersua dalam acara itu. Terkejut, Mukhlis Rahman langsung menyapa eh. Artinya, saya menduga, Mukhlis Rahman rada-rada ingat dengan saya.
Dan itu saya pikir wajar. Dulu, ketika Mukhlis Rahman menjabat, baik di Sekdako dan walikota, saya memang tak banyak berinteraksi dengan dia.
Tapi saya pernah terkejut, ketika dia menyebut nama saya, saat menyalami Mukhlis Rahman yang datang dalam konferensi PWI tahun 2006.
Konferensi PWI Padang Pariaman saat itu saya Ketua panitia merangkap pemegang mandat PWI. Mukhlis datang usai konferensi, bersamaan dengan mendiang Ketua Umum PWI Pusat Tarman Azzam.
Lalu kemudian pertemuan berikutnya dengan Mukhlis Rahman, adalah saat jumpa pers bukunya di salah satu rumah makan di tepi laut Pariaman.
"Ikhlas ko samo jo Mukhlis mah ndak," ujar Mukhlis saat menyalami Ikhlas Bakri kala pertemuan itu.
Sebagai orang yang lama di Humas, Mukhlis Rahman jelas tahu banyak dengan wartawan. Termasuk dengan wartawan cilik yang di zaman dia di Humas itu, tersebut memberi warna di kalangan pewarta Pariaman.
Pasang surut hubungan dan komunikasinya dewan wartawan, terlihat ikut menjadikan Mukhlis mulus menapaki karirnya sampai puncak.
Selesai dua periode memimpin Kota Pariaman dan pensiun dari PNS, Mukhlis Rahman mengisi kesibukannya dengan mengelola pondok pesantren dan bertani.
Pondok Pesantren Al-Mughni namanya, dibangun berdekatan dengan salah satu destinasi wisata Pariaman.
Mengelola anak-anak hafal Quran, mendisiplinkan ibadah di pondok itu, sekaligus tentunya bisa pula menjadi wisata religi.