"Eh, lai wartawan juo lai," sapa Mukhlis Rahman, ketika saya menyodorkan tangan untuk salaman dengan mantan Walikota Pariaman dua periode itu, Rabu 6 Desember 2023 di Aula IAI Sumbar, Pariaman.
Sambil menjabat tangan saya, Mukhlis Rahman yang bergelar Datuak Rajo Basa ini menyuruh saya duduk di sampingnya.
Hari itu kami diminta oleh Armaidi Tanjung jadi pembicara dalam bedah bukunya di kampus itu. Spontan, Mukhlis Rahman teringat dan menceritakan kehidupan dia sebagai orang kampung.
Ya, setelah saya pancing dengan cerita sebuah buku yang ditulis Armaidi, "Ketegasan dalam Kesederhanaan, Pengabdian Seorang Anak Kampung".
Tentu kisah sedih, tapi diceritakan dengan terharu dan gembira. "Itu saya rasakan, ketika sekolah dari kampung ke Pariaman ini, zaman SMA. Terasa olokan yang diterima dari orang-orang kota," sebutnya, sambil tersenyum mengenang masa lalunya.
Sikapak, kampung kelahiran Mukhlis Rahman, zaman dia bersekolah ke Pariaman mungkin masih terasa kampung, dan oleh orang yang tinggal di Pariaman, mungkin Sikapak itu dianggap kampungan.
Buku Mukhlis Rahman itu jadi menarik, dan sepertinya laris. Buku itu terbit saat Mukhlis Rahman masih menjabat Sekdako Pariaman.
Betapa tak laris. Buku itu diberikan gratis alias tak dibeli, pun kisah Mukhlis Rahman di dalamnya dinilai menarik.
Menarik, seorang anak kampung, sempat bersekolah di kota, mampu berkarir di PNS sampai puncaknya.
Malah, Mukhlis Rahman, anak kampung yang lahir 6 Juni 1958 ini berturut-turut dua kali jadi walikota (2008-2013, 2013-2018). Tentu kisahnya ini menarik, dan jadi pemantik bagi banyak orang untuk mengetahui lebih dekat dengan Mukhlis Rahman.