Tak lama di Kayu Tanam, Ali Mukhni mengajak saya naik mobil dia. "Ikut ke Jakarta, nku," kata dia saat di atas mobil dinasnya yang berjalan arah ke Padang dari Kayu Tanam.
Saya tak bisa mengelak. Sehabis mengajak ke Jakarta itu, Ali Mukhni langsung menelpon almarhum Budi Utama, minta diambilkan tiket ke Jakarta atas nama saya satu.
Berangkat senja, tiba di Jakarta sudah malam. Bertiga rupanya. Ali Mukhni, Budi Utama dan saya. Tujuan ke DPP PKB, hendak bertemu Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar.
Saya tak membawa persiapan pakaian. Hanya sehelai yang dipakai. Ada membawa tas, tapi isinya laptop. Laptop kecil itu sering saya bawa kemana pun saya berjalan.
Dari Bandara Soekarno Hatta kami langsung ke salah satu hotel di dekat DPP PKB. Di sana Febby Datuak Bangso menunggu. Rupanya Ali Mukhni sudah janjian dengan Ketua DPW PKB Sumbar itu, untuk bersua Muhaimin tentunya.
Di hotel itu kami makam malam, diskusi bersama. Lalu beralih ke DPP PKB. Jalan kaki saja. Lokasinya dekat sekali.
Lama kami menunggu, tapi sang Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar rupanya ada agenda lain, dan tak bisa ke PKB malam itu.
Akhirnya, kami menemui Bendahara Umum DPP PKB Bambang Susanto. Lama bicara dan diskusi, sampai foto bersama, Ali Mukhni dan kami minta izin meninggalkan PKB.
Malam sudah mulai larut. Ali Mukhni memilih sendiri. Dia ingin nginap di dekat bandara, saya disuruhnya tinggal bersama Febby Datuak Bangso, dan Budi Utama memilih nginap di tempat lain.
Saya masih bingung. Karena sudah disuruh tinggal, ya saya sampai dua malam di ibukota negara itu. Ali Mukhni pulang paginya sendiri.
Tak ditemani Budi Utama, yang kala itu sedang Kadis Perhubungan Padang Pariaman. Di sini, semakin tahu saya, kalau Ali Mukhni bertindak tepat, bergerak cepat.