Tengah malam bahkan sampai Subuh, tak mungkin hanya sekedar orgen itu saja. Pasti terjadi saweran, pesta miras, dan menghilang norma adat dan kepatutan di tengah masyarakat itu sendiri.
Di sejumlah nagari orgen sampai tengah malam dilarang. Ya, kita hargai dan hormati. Sanksinya, tak naik niniak mamak bila dilanggar oleh masyarakat yang berpesta.
Seperti di Nagari III Koto Aur Malintang Timur. Di sini diberlakukan aturan orgen tak boleh ber-DJ. Bila ditemukan, pihak berkepentingan dalam alek, seperti niniak mamak, alim ulama, dan pemerintah nagari tidak akan hadir.
Nah, aturan ini masih bersayap. Artinya, orgen boleh dalam pesta tapi tidak dengan musik DJ. Ini tentunya akan mudah saja bagi masyarakat, terutama anak muda untuk mengelabuinya, melabrak itu aturan yang dibuat.
Beberapa waktu lalu, sempat ada aturan orgen bolehnya sampai jam 00.00. wib. Lewat dari itu ditegakkan aturan. Tapi ini tidak jalan. Bahkan kini orgen tengah malam kian menggila.
Kita patut belajar banyak dari musibah gempa besar tahun 2009 yang memunahkan daerah, menghancurkan sendi kehidupan, menghilangkan ratusan nyawa. Jadikan itu pelajaran bersama, untuk kembali ke akar budaya dan adat kita.
Minangkabau jangan hanya tinggal terkenal saja adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah. Jangan hanya semboyan, tetapi ada aplikasi dan aktualisasinya di tengah masyarakat.
Para niniak mamak, alim ulama mari kita kuatkan fungsi dan tanggungjawab moral kita selaku suluah bendang di tengah masyarakat. Sudah capek kita mengobarkan semboyan tanpa aplikasi dan aktualisasi.
Para pengusaha orgen yang sudah meraup keuntungan, jangan hanya memikirkan perut dan kehidupan dunia. Mari ikut berpikir masa depan, jauh ke muka, kehidupan yang baik dan damai, nyaman dan aman dari bala dan bencana.
Dari kacamata orang luar menyebutkan, bahwa orgen tunggal memang marak di Padang Pariaman. Termasuk orgen yang paka sawer. Mari kita tegakkan amar makruf nahi munkar, agar musibah dan bala berkurang. Jangan lagi musibah sebagai ancaman.
Namun, orgen sebagai seni tak pula kita habiskan. Tetapkan kita kembangkan, tetapi sesuai dengan kultur dan budaya kita. Budaya Minang yang kaya akan nilai-nilai, sopan santun, melihat rupa dan patut serta mungkinnya.
Tentu orgen bukan satu-satunya pengundang maksiat yang dinilai. Ada banyak perbuatan terlarang lainnya, yang kadang sudah jadi mentradisi di tengah kampung tersebut.