Anggota DPR RI John Kenedy Azis mengakui banyaknya permintaan tokoh masyarakat terhadap dirinya untuk maju jadi calon Bupati Padang Pariaman, belum bisa diputuskannya.
Politisi DPP Golkar dari Dapil II Sumbar ini lebih memantapkan langkahnya ke DPR RI kembali.
"Soal ini harus kita putuskan bersama. Ya, dengan keluarga, niniak mamak, alim ulama dan tokoh masyarakat Padang Pariaman," ujar dia, Sabtu (29/10/2022) malam saat diskusi dengan sejumlah tokoh Lubuk Alung.
Namun demikian, kehadiran John Kenedy Azis yang senang disapa Ajo itu di tengah masyarakat dalam berbagai momen dan kegiatan, lebih dari sekedar kompetitor oleh pihak lain yang akan maju jadi calon bupati.
Diskusi di Pasa Kandang itu, Ajo dikelilingi sejumlah tokoh. Ada Ketua DPC Gerindra Padang Pariaman Happy Neldy, Ketua IKKALA Letkol Adrian Adek, Dr. Irwandi Sulin Datuak Gadang.
Dari Golkar, ikut Asmadi, Yulius Danil, dan lainnya. Belakangan hadir pula Aljufri, tokoh Lubuk Alung yang kini pengurus DPD Partai Demokrat Sumbar.
Banyak hal yang jadi pembahasan hingga larut malam itu. Sambil ditemani teh telor, khas minuman Minangkabau, membuat cerita semakin asyik dan seru.
Ada perbandingan pembangunan, serta soal kepemimpinan yang sedang berjalan dari hasil Pilkada 2020 lalu. Dan sepertinya, sejumlah tokoh ini ingin adanya kekuatan Ajo dan Adrian Adek untuk masa depan Padang Pariaman.
Dan kekuatan itu menurut geografis Padang Pariaman, sangat mendukung karena terpusat di utara dan selatan. Namun, itu bukan sebuah keputusan politik, meskipun ada tiga kekuatan partai politik dalam diskusi tersebut.
Seperti kisah Ajo sendiri. Cikal bakal cerita Ajo disebut-sebut akan jadi bupati, adalah bermula dari perjalanannya dari Jakarta ke Padang.
Menurut undangan Ali Mukhni, mantan Bupati Padang Pariaman, turun di bandara, Ajo bersama Asmadi langsung ke Padang, rumahnya Ali Mukhni.
Di sanalah cerita itu bermula. Ali Mukhni mengemukakan permintaan banyak orang dan tokoh, agar Ajo bisa maju di 2024.
Ajo sendiri masih seperti tak percaya. Sebab, tak pernah punya keinginan untuk itu. Rasa dia dengan jadi anggota dewan, terasa cukup untuk mengabdi buat kampungnya sendiri.
Saat bersama Ali Mukhni itu, Ajo tak mengiyakan dan tidak pula mengindakan permintaan banyak orang lewat Ali Mukhni tersebut.
Malah Ajo lebih banyak bicara soal sosok kepemimpinan yang diinginkan daerah. Dan niat dari seorang pemimpin itu jadi bupati itu buat apa.
Sebagai politisi senior, dan aktif di DPP Golkar, Ajo banyak belajar dari tokoh senior Golkar.
Paling tidak, diskusi panjang malam itu terjalin hubungan komunikasi yang bagus antar kekuatan politik di daerah.
Diyakini bahwa membangun butuh keragaman. Butuh seluruh kekuatan, yang tidak membeda-bedakan kelompok lain. (ad)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H