Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tradisi Gelar Tuanku di Pesantren Berbasis Surau

23 Oktober 2022   18:15 Diperbarui: 23 Oktober 2022   18:25 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peringatan hari santri nasional di MTI Padang. (foto dok damanhuri)

Dan lazim pula, setelah jadi tuanku itu para santri bersangkutan naik status sebagai majelis guru kalau dia masih menetap di pondok.

Biasanya, pesantren berbasis surau ini menuntut dan membuat komitmen dengan santri bersangkutan untuk mengabdi selama dua tahun dulu, baru bisa keluar pesantren.

Dan kini, seperti yang terjadi di lingkungan Pesantren Nurul Yaqin Ringan-Ringan, mereka yang sudah jadi tuanku itu memilih perguruan tinggi.

Mereka ke UIN, dan sekolah tinggi berbasis agama lainnya, untuk mengambil gelar sarjana tentunya.

Tetapi, di Nurul Yaqin itu sendiri pesantrennya sudah mengembangkan pendidikan tinggi Ma'ad Aly.

Ini tentunya untuk pendidikan lanjutan sebagai penambah cakrawala berpikir para santri.

Meskipun berkecimpung di dunia perguruan tinggi, jadi aktivis kampung, jarang santri itu yang menghilangkan jati dirinya.

Pecinya tetap kokoh sebagai lambang kesantriannya, sekalugus untuk menjaga adab serta tradisi sejak di pondok yang terbiasa dengan peci.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun