Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Prof. Azyumardi Azra, Intelektual Muslim yang Tak Pernah Lelah Menulis

19 September 2022   08:03 Diperbarui: 19 September 2022   08:04 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prof. Azyumardi Azra. (foto dok detikom)

Siang jelang Zuhur, Ahad (18/9/2022) terlintas postingan teman di sosial media Facebook meninggalnya Ketua Dewan Pers Prof. Azyumardi Azra. 

"Innalillahi wa innailaihi rajiun," saya melafazkan doa itu sambil memandang foto yang memposting bersama Prof itu. Foto kenangannya pernah bersama cendikiawan muslim terkenal yang lahir di Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman. 

Lalu, berselang beberapa waktu muncul kabar duka dari Ketua Forum Walinagari Kabupaten Padang Pariaman Hilman H Datuak Mangkuto Alam.

Walinagari Lubuk Alung ini mengabarkan lebih luas lagi, bahwa segenap masyarakat dan pemerintah nagari ikut berduka. 

Saya mengenal Prof. Azra hanya lewat banyak membaca dan mempelajari pemikirannya. Mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah yang lahir 4 Maret 1955 di Lubuk Alung ini, banyak bukunya yang saya punyai. 

Kajian Islam yang sangat luas tergambar dalam berbagai buku dan karya tulisnya, yang sangat sering saya baca. Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Haedar Nashir dalam ciutannya menyebutkan, Prof. Azra meninggal secara syahid. 

Meninggal di Malaysia dalam sedang menyebar ilmu, memperluas wawasan keislaman masyarakat yang mengundangnya. Luar biasa. Tentunya, tokoh yang sangat produktif menulis ini tak pernah pensiun dari berdakwah. 

Mengehembuskan napas terakhir di usia 67 tahun. Ia meninggalkan seorang istri, Ipah Farihah, dan empat orang anak masing-masing Raushanfikri Usada, Firman El-Amny Azra, Muhammad Subhan Azra, dan Emily Sakina Azra.

Dalam satu momen peluncuran buku karya Wakil Ketua MPR Arsul Sani yang diluncurkan secara online, saya ikut sebagai peserta, karena bukunya menarik menurut saya.

Prof. Azra salah seorang pembicara yang tentunya menyoroti serta mengapresiasi buku setebal 400 halaman lebih tersebut bersama pembicara lain, Prof. Mahfud MD dan penulisnya sendiri.

Lama juga acaranya, dan saya sempat bertanya, tapi lewat chatingan webinar itu. Panjang juga pertanyaan, dan terakhir saya selipkan salam dari Lubuk Alung untuk Prof. Azra.

Saya terkejut, ketika Prof. Azra langsung menjawabnya, tanpa didahului oleh moderator acara. "Terima kasih Damanhuri, dan salam kembali buat seluruh masyarakat Lubuk Alung," ungkap dia.

Dari dari mengikuti acara itu, saya juga dikirimin langsung buku tersebut. Bukunya mantap. Yang membuat saya tertantang dengan buku itu, adalah kesibukan yang sangat seorang Arsul Sani, politisi PPP di MPR, ternyata masih bisa menulis buku.

Berbagai kabar tentang penyebab kematian almarhum menyeruak. Ada yang memberitakan jika almarhum tutup usia karena Covid-19. Almarhum sempat dirawat intensif dan menggunakan ventilator. Selain itu juga beredar kabar jika almarhum terkena serangan jantung di atas pesawat dari Jakarta menuju Malaysia.

Azyumardi pergi ke Malaysia untuk menjadi salah satu narasumber di sebuah acara, Angkatan Belia Islam Malaysia.

Semasa hidup almarhum pernah memegang jabatan penting seperti Ketua Dewan Pers periode 2022 - 2025 Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 1998 - 2006, serta berbagai jabatan penting lainnya. 

Terakhir, Uji Kompetensi Wartawan (UKW) di Bukittinggi, 10-11 September langsung Prof. Azra sebagai Ketua Dewan Pers yang hadir.

Dan ini kabarnya, pertama kali UKW yang langsung Ketua Dewan Pers yang hadir. Sebelumnya belum pernah. Artinya, semangat pendakwah baik secara lisan maupun tulisan dari mendiang tak pernah hilang dan menurun sampai akhir hayatnya.

Semua kalangan, merasakan duka yang amat dalam. Doa terbaik pun bersileweran dan menghiasi dunia maya. Pemikiran keislaman mendiang mampu menjadikan dirinya diterima semua kalangan.

Penggalian kekayaan Islam dari sumber yang paling klasik sekalipun menjadi titik temu, kehadirannya didambakan oleh dunia Islam.

Media telah meninggalkan banyak ilmu pengetahuan. Karyanya abadi, sentuhan intelektualnya mendamaikan dan melembutkan jalannya perdebatan panjang tentang keislaman.

Insya Allah, Prof. Azra husnul khatimah. Alfatihah...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun