Makanya, tatkala pertama masuk pesantren saat orangtua mengantar anaknya ke situ, pakai doa dan jamuan makan.
Sebelum makan, dikabarkan tujuan dan maksud. Lalu, disebutlah, bahwa anak ini meninggal orangtuanya di kampung, dan mesti ditepati orangtua pula di sini.
Dia tinggalkan mamak, ditepati pula mamak di pesantren dan masyarakat sini, begitu seterusnya.
Dan perkembangannya, sang santri rata-rata bisa berkomunikasi dengan baik bersama masyarakat lingkungan pesantren tersebut.
Bahkan, saking terbukanya hubungan baik itu, ada santri yang dapat orangtua angkat di lingkungan daerah Tanah Datar itu.
Dengan adanya hubungan seperti demikian antara pesantren dan masyarakat, maka semuanya saling menjaga. Menjaga nama baik kampung, dan menjaga santri ketika diganggu orang di luar sana.
Begitu pula di lingkungan pesantren sendiri, masyarakat tak sungkan-sungkan menegur santri yang melanggar aturan dan berkelahi antar sesama misalnya.
Jadi, masyarakat adalah pondasi dasar dari bangunan pesantren sebagai sekolah berasrama tersebut.
Kekuatan moral dan akhlak mulia kedua belah pihak, menyebabkan terjauhnya para santri dari hal-hal yang terlarang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H