Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kelapa Turun Tak Seheboh BBM Naik

5 September 2022   07:51 Diperbarui: 5 September 2022   07:58 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya, kenaikan harga BBM sudah bisa disebut sebagai tradisi. Ya, tradisi BBM naik. Heboh, panik, dan berkicau di dunia maya, menjadi pelampiasan yang paling cepat.

Dan ocehan serta rasa ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah terkait naiknya harga BBM itu, tentu hal lumrah pula.

Hanya saja, perlu kita sikapi kualitas kritikannya seperti apa. Toh, ocehan yang banyak tak mampu membuat pemerintah surut kembali untuk menurunkan harga BBM.

Termasuk suara anggota dewan di DPR RI tak kuasa untuk merubah kembali keputusan Presiden Jokowi. 

Kenapa, tentu kenaikan harga BBM itu setelah adanya pembicaraan khusus pemerintah dengan DPR, sebagai perwakilan rakyat.

Menarik, dan kadang kita ketawa sendiri membaca status netizen yang begitu banyak menyasar di dunia maya.

Baru beberapa detik setelah penggunaan Presiden, dunia maya langsung ramai oleh ciutan.

Apalagi di Sumbar, daerah yang kaya akan orang-orang pintar, membuat dialog dan diskusi soal kenaikan BBM ini menjadi asyik tersendiri.

"Ternyata harga BBM tidak naik. Hanya penyesuaian," tulis seorang netizen di sosial media facebooknya.

Lalu, yang turun itu hanya harga kelapa. Kelapa, selama ini tak pernah naik. Selalu turun, turun dan turun terus.

Tentu bahasa ini, semacam cemoohan secara halus. Sebab, kelapa itu pohon tinggi. Buahnya diambil oleh beruk. Turun ke bawah lewat beruk, baru dibeli oleh pedagang.

Makanya, netizen yang pintar itu menyebut hanya harga kelapa yang turun. Kalau BBM naik, itu sudah biasa sama biasanya dengan harga kelapa yang ketika turun pada musimnya.

Ribut dan heboh di dunia maya, tapi aman dan tenang di alam nyata. Itu kondisi yang saya lihat sejak Ahad hingga saat ini.

Disebut aman, tak ada antrian panjang di SPBU, sepanjang dari Kota Padang sampai ke Pariaman saya lihat. Biasanya, sebelum BBM naik, di pengisian BBM bersubsidi atau pertalite, selalu dan panjang antriannya.

Begitu juga ocehan terhadap presiden juga ramai bersileweran di dunia maya. Malah, ada yang menulis, mendukung presiden tiga periode.

Tentu ini, luapan yang sudah sampai titik nadir netizen, dan ditambah tak akan mungkin turun BBM setelah dinaikan, ya dibuatnya saja ucapan selamat ke Jokowi, dan semoga tiga periode jadi Presiden.

Hingga saat ini, beban ekonomi masyarakat terasa masih memberatkan. Pandemi covid-19 yang melumat selama ini, secara umum rakyat masih dirundung kesusahan.

Ditambah kenaikan harga BBM di masa sulit, tentu petaka tersendiri. BBM adalah kebutuhan vital yang tidak dapat tidak dalam keseharian.

Namun, pemerintah tentu tidak pula seenaknya menaikan itu. Ada pertimbangan khusus dan mengacu pada peredaran minyak dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun