Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cerita Tawanan Belanda yang Selamat dari Tembakan

16 Agustus 2022   09:32 Diperbarui: 24 Agustus 2022   15:58 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Museum Perang Sintuak, yang kini aktif membuat cerita fakta sejarah heroik yang terjadi di zaman perang. (foto dok rio)

Besoknya, semalaman tak mencogok, lalu paginya terlihat ada kedai, ada banyak orang nongkrong yang tentunya kenal dengan Nasir Labai Buyuang Itik ini. 

Sebab, masih dalam Kecamatan Sintuak Toboh Gadang, kampungnya sendiri dan menjadi cerita yang sangat hati-hati diceritakan Nasir Labai Buyuang Itik ini ke tengah masyarakat yang ada di kedai itu.

Dan cerita itu semakin terang, dan pernah dibukukan, sebagai bukti Sintuak punya sejarah perjuangan yang sangat hebat terhadap penjajah Belanda.

Begitu juga Buyuang Gati dan Hongkong, pun bercerita di tempat dia ditemukan masyarakat dalam keadaan lunglai, sehabis hanyut di sungai yang cukup deras.

Sejak tiga tahun belakangan, seorang anak muda Sintuak, Bagindo Rio Chaniago mendirikan sebuah museum.

Kehadiran museum ini cukup punya arti dalam mengingatkan kembali sejarah heroik perang Sintuak, yang membuat puluhan tentara yang berasal dari rakyat mati syahid.

Sebelum museum ini ada, sempat dibuat tugu di halaman Surau Batu, tapi hanya sekedar pondasi, dan tak pernah mewujud, sehingga museum lebih bergairah saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun