Tak ada perubahan di Koto Padang. Jalan menuju kampung di atas bukik di Nagari Sikucua Barat yang lewat Anak Aie itu masih seperti dulu.
Artinya, jalan yang diaspal pemerintah masih sepotong dari arah bawah, dan sepotong pula dari arah atas.
Di tengah yang penuh dengan tanjakan tinggi dan penurunan curam, masih hasil swadaya pembangunan jalannya.
Jalan coran lama, dan ada sedikit yang ditambah oleh masyarakat karena tak juga diaspal.
Sabtu akhir pekan kemarin, kami dari Keltan Wartani yang menjadikan sebagian lahan di Koto Padang itu untuk ladang, kembali melewati jalan yang menyimpang dari Anak Aie tersebut.
Kami berlima, menggunakan sebuah mobil milik teman, Agamuddin. Langsung pula dia yang menyupiri.
Jalan coran lama di tanjakan yang paling tinggi itu, tiba-tiba terpeleset ban belakang sebelah kiri ke bawah coran.
Berdentang cukup mengejutkan peraduan badan mobil dengan coran. Tapi tak masalah. Jalan mobil tetap dilanjutkan.
Namun, kawan yang duduk di depan mendampingi Agamuddin nyaris mencabut SIM-nya, kalau sempat mobil tak jalan sewaktu terjerembab sedikit itu.
Coran lama itu terlalu kecil ukurannya. Hanya untuk sebuah mobil. Tak bisa berselisih di atasnya. Tentu butuh perubahan, paling tidak diperlebar.
Kecewa masyarakat pasti. Itu jelas. Apalagi kabarnya ada dijanjikan dulu untuk pengaspalan jalan tersebut oleh kepala daerah.
Janji tak terealisasi, jalan kampung itu satu-satunya akses terdekat untuk keluar masuk masyarakat Koto Padang pun semakin punah.
Pemerintah untuk tempat mengadu, kalau mau jalan itu diperbagus. Melancarkan transportasi arus barang dan jasa dari dan ke Koto Padang.
Kalau melihat alam Koto Padang, cukup banyak potensinya yang bisa dikembangkan. Para petani di sini yakin-yakin menggarap lahannya.
Banyak tumbuh sentra pembibitan di kampung itu, yang telah banyak dilirik orang luar.
Bahkan, bibit pinang wangi Koto Padang ini sudah banyak yang sampai ke luar Sumbar. Luar biasa. Belum lagi bibit lainnya, yang cukup dingin dan rancak ketika diracik oleh tangan petani Koto Padang.
Kami tak tahu pasti, apa mau Bupati Padang Pariaman Suhatri Bur sedikit mencondongkan pandangannya ke kampung ini.
Sudah kami coba mengajukan sebuah proposal pembuatan jalan usaha tani, setelah kunjungan dia ke kampung itu, tapi disuruhnya mengajukan lewat prosedural.
Lalu, proposal diserahkan kembali ke Dinas Pertanian. Sementara, jalan usaha tani itu ada sedikit dicor oleh swadaya masyarakat.
Melihat kondisi yang ada, mungkin agak lama, dan masih butuh waktu lama jalan itu akan perbaiki.
Bupati Suhatri Bur masih terkontaminasi oleh Pilkada 2020. Apalagi di wilayah itu ada seorang calon yang ikut bersaing dengannya, akan tambah sulit bagi dia melirik kampung itu.
Namun, masyarakat tak berharap seperti demikian. Bagi masyarakat, semakin cepat jalan itu diperbaiki atau diaspal, akan semakin bagus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H