Tak ada perubahan di Koto Padang. Jalan menuju kampung di atas bukik di Nagari Sikucua Barat yang lewat Anak Aie itu masih seperti dulu.
Artinya, jalan yang diaspal pemerintah masih sepotong dari arah bawah, dan sepotong pula dari arah atas.
Di tengah yang penuh dengan tanjakan tinggi dan penurunan curam, masih hasil swadaya pembangunan jalannya.
Jalan coran lama, dan ada sedikit yang ditambah oleh masyarakat karena tak juga diaspal.
Sabtu akhir pekan kemarin, kami dari Keltan Wartani yang menjadikan sebagian lahan di Koto Padang itu untuk ladang, kembali melewati jalan yang menyimpang dari Anak Aie tersebut.
Kami berlima, menggunakan sebuah mobil milik teman, Agamuddin. Langsung pula dia yang menyupiri.
Jalan coran lama di tanjakan yang paling tinggi itu, tiba-tiba terpeleset ban belakang sebelah kiri ke bawah coran.
Berdentang cukup mengejutkan peraduan badan mobil dengan coran. Tapi tak masalah. Jalan mobil tetap dilanjutkan.
Namun, kawan yang duduk di depan mendampingi Agamuddin nyaris mencabut SIM-nya, kalau sempat mobil tak jalan sewaktu terjerembab sedikit itu.
Coran lama itu terlalu kecil ukurannya. Hanya untuk sebuah mobil. Tak bisa berselisih di atasnya. Tentu butuh perubahan, paling tidak diperlebar.