Semalam tadarusan hanya dua juz, sehingga 30 juz butuh 15 malam. Dan selesai tadarus, dilanjutkan dengan Shalat Tarawih 23 rakaat.
Jumat malam itu, Tuanku Datuak dari Singgalang dan Buya Jakfar Tuanku Imam Mudo dari Padang Magek ikut membaca, dan didaulat langsung oleh Buya Marulis Tuanku Mudo.
Tentu bagian dari motivasi bagi santri yang ikut tadarus malam itu. Mendengar langsung dari alumni yang sibuk di kampung, tapi masih seperti itik buang air kencangnya membaca kitab itu.
Tadarus tafsir ini adalah tradisi langsung dari mendiang Buya Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah, pendiri pesantren itu.
Tradisi terus berlanjut. Setelah Buya tak ada, kegiatan ini dilanjutkan oleh mendiang Buya Marzuki Tuanku Nan Basa, dan sepeninggalnya diteruskan oleh pimpinan yang sekarang.
Tafsir Jalalei adalah kajian utama di pesantren itu. Kelas tujuh kaji pagi adalah kitab itu, langsung dengan Guru Besar pesantren, yang kini dipegang Buya Marulis Tuanku Mudo.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI