Hanya satu hal yang belum berubah di pesantren. Para santrinya masih memasak dengan duku api. Sepertinya belum mau berpindah ke gas, yang umum dipakai banyak orang saat ini.
Tak heran, di tengah buncahnya suara mengaji di masing-masing ruangan lokal, asap dari dapur samping bangunan utama pun mengepul.
Mereka masak bergantian tiap pagi dan petang. Beras untuk ditanak dikumpulkan sekali sepekan di satu titik pengumpul.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H