Kesehatan adalah faktor penunjang segala-galanya dalam hidup dan kehidupan. Tak heran, bila kondisi badan kurang enak, rumah sakit dan tempat praktek bidan atau dokter jadi sasaran pengaduan.
Khusus di Korong Tembok dan Palembayan, Nagari Sintuak, masyarakat lebih memilih memakai jasa bidan desa. Terutama di luar jam kerja.
Seperti malam, misalnya rumah bidan itu selalu ada dan di datangi pasien dari dua kampung tersebut.
Yuldiana nama bidannya. Terbilang lama menetap dan tinggal di kampung itu. Tampak dia sudah berbaur betul dengan masyarakat Sintuak, Kabupaten Padang Pariaman.
Bermula dari tempat praktek yang kecil, sesuai standar rumah bidan desa, Yuldiana dikabarkan sudah menetap sejak gadis atau setelah tamat pendidikan.
Sejak setahun terakhir, sebuah rumah miliknya telah di tempatinya. Masih di Korong Palembayan, di sebuah lokasi perumnas.
Dia bersama keluarganya tak lagi tinggal di rumah dinas, melainkan langsung buka praktek di rumah barunya itu. Bila malam, ada saja warga yang datang, memeriksa kesehatannya.
Sulit rasanya mencari bidan desa yang sebanding dengan Yuldiana. Betah dan bahkan jadi warga setempat.
Generasi sekarang, mungkin tak lagi mengira kalau Yuldiana adalah seorang bidan asli Kota Pariaman. Sebab sudah bertahun-tahun lamanya dia mengabdi di kampung yang berbatasan dengan Lubuk Alung tersebut.
Kegiatan sosial kemasyarakatan di dua kampung itu, sudah jadi bagian dari kehidupan sosial kemasyarakatan bagi ibu empat orang putra-putri ini.
Alek baik dan buruk yang terjadi di kampung itu, tak luput dari ikut serta Yuldiana sebagai warga masyarakat.
Dari dulu dikabarkan, kalau warga tak mampu datang ke tempat prakteknya, Yuldiana langsung ke rumah pasien.
"Baa mak, apa yang terasa sakit," begitu sapa dia ketika pasien datang ke tempatnya.
Tentu sapa demikian terasa lebih dari sebuah obat yang akan diberikan kepada yang sakit setelah di cek kesehatannya.
Sapa yang diiringi dengan senyuman, mengajarkan pada pasien untuk selalu optimis. Sakit adalah bagian dari dinamika hidup yang mesti dihadapi.
Dengan demikian, tak ada warga setempat yang tidak kenal dengan dia. Begitu sebaliknya, semua warga di situ diketahui namanya oleh Yuldiana.
Termasuk orang semenda dalam kampung itu sekali pun, juga ikut berbaur dan berinteraksi dengan dia.
Berdinas di Puskesmas Sintuak, tentu membuat dia merasa leluasa pulang dan pergi kerja pada saat jamnya.
Jarak tempuhnya tak begitu jauh. Yuldiana pandai membawakan irama gendang, sehingga ikut dalam gelombang sosial kemasyarakatan tempat dia tinggal.
Baginya, nadi kehidupan warga kampung sudah dalam kepalanya. Mana warga tak mampu dan mana pula yang kurang mampu.
Uang untuk berobat Rp35 ribu bukan ukuran. Yang penting, masyarakat yang sakit harus berobat.
Tak masalah, kalau masyarakat itu berterima kasih saja kalau memang tak ada uang untuk berobat.
Sentuhan itu menjadi hubungan yang kuat antara dia dan masyarakat. Masyarakat menganggap Yuldiana adalah warga Sintuak, dan Yuldiana pun sudah mewakafkan dirinya menjadi bagian masyarakat setempat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI