Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Segelas Kopi Menunggu Masuknya Subuh di Bayung Lencir

29 September 2021   01:15 Diperbarui: 14 Oktober 2021   12:41 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bersama di Rumah Makan Pincuran Gadang Musi Banyuasin. (Foto: dok damanhuri)

Sejam jelang waktu Subuh masuk, Selasa (28/9/2021) bus pariwisata yang mengangkut rombongan Walinagari Padang Pariaman ini tiba di Rumah Makan Simpang Raya Bayung Lencir. Rumah makan tempat bus ini biasa berhenti saat melakukan perjalanan yang melewati Lintas Timur Sumatera tersebut.

Bayung Lencir, seperti dicatat Wikipedia adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, Indonesia. Pada tanggal 29 Desember 2010, Kecamatan Bayung Lencir dimekarkan untuk membentuk Kecamatan Tungkal Jaya. Kecamatan Bayung Lencir dibelah oleh Jalan Lintas Sumatera dari utara ke selatan yang panjangnya sekitar 90 kilometer.

Yang mau makan, minum atau apa saja yang ketuju, silakan. Sepanjang ada persediaan di kedai itu, rombongan bebas memilih menu sesuai selera masing-masing.

Sambil menunggu datangnya waktu Subuh, rombongan pun berpencar. Ada yang pesan kopi, juga banyak yang menikmati nasi goreng.

Sebelumnya, makan siang dan malam di Salero Kampuang di Kota Solok dan di Koto Baru Dharmasraya.

Magrib di Masjid Babussalam Koto Baru terasa perjalanan studi tiru ke Palembang dan Lampung ini ada nuansa relegiusnya.

Masjidnya rancak. Pas berhenti Muazin hampir selesai azan Magrib. Air untuk berwuduknya banyak, sehingga kita puas dan senang melakukan ibadah wajib di masjid yang terletak di pinggir jalan Lintas Sumatera, di Kabupaten Dharmasraya ini.

Masjid penuh seketika. Ada juga bus Padang-Jakarta yang bersamaan berhenti dengan bus rombongan walinagari.

Pun, anak-anak mengaji ke masjid itu ramai datangnya ke masjid senja jelang Magrib itu. Mungkin ngajinya malam atau giliran malam.

Masjid Babussalam ini sederhana. Tak terlalu besar, dan tidak terlalu kecil. Terletak di kawasan Pasar Koto Baru, membuat masjid ini sepertinya tak pernah sepi dari jemaah. Hanya saja saat ada beberapa bus yang berhenti untuk menunaikan kewajibannya dalam agama, terasa sekali kecilnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun