Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Publikasi Karya Ilmiah Sangat Penting bagi Perguruan Tinggi

13 September 2021   11:35 Diperbarui: 13 September 2021   11:40 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Publikasi karya ilmiah dosen dan mahasiswa sangatlah penting bagi eksistensi perguruan tinggi. Namun masih banyak kendala yang dihadapi dosen dan mahasiswa dalam mempublikasikan karya ilmiahnya.

Demikian antara lain terungkap dalam webinar nasional Metodologi Penelitian dan Publikasi Karya Ilmiah yang diselenggarakan Institut Agama Islam (IAI) Sumatera Barat, Pariaman, Sabtu (11/9/2021).

Webinar dibuka Rektor IAI Dr. Novi Yanti, menampilkan narasumber Rektor Universitas Islam Negeri Imam Bonjol (UIN IB) Padang Prof. Martin Kustati, Ketua LPPM STAI Sumatera Medan Dr. (C) Rahmat Rifai Lubis, Dekan Fakultas Syariah IAI Abdullah Batam, Dr. (C) Darlius, Pemimpin Redaksi Sitinjausumbar Armaidi Tanjung, Dosen IAI Sumbar Pariaman Mega Adyna Movitaria, Host Ka Prodi Psikologi Islam IAI Sumbar Eliza Sutri Utami, Webinar dipandu Dosen IAI Dr. Andrianto.

Rektor IAI Sumbar Novi Yanti menyebutkan, penelitian yang dilakukan dan dibuat para dosen sebagai bagian dari perguruan tinggi harus bisa bermanfaat untuk masyarakat. Karena itu, sebaiknya hasil-hasil penelitian dan pengabadian masyarakat yang dilakukan dosen haruslah dipublis di jurnal, surat kabar maupun media online.

"Dengan publikasi karya ilmiah yang dihasilkan dosen dan mahasiswa, selain bermanfaat bagi masyarakat juga dapat menambah wawasan dosen dan mahasiswa. Untuk meningkatkan penelitian dan publikasi karya ilmiah dosen dan mahasiswa, maka webinar nasional ini sangat penting artinya. Para dosen dan mahasiswa IAI khususnya, dapat memanfaat kegiatan ini semaksimalnya," kata Novi Yanti.

Rektor UIN IB Padang Prof. Martin Kustati mengatakan, saat ini harus ditingkatkan kemampuan menulis oleh dosen dan mahasiswa untuk publikasi karya ilmiahnya. Setidaknya ada empat manfaat publikasi karya ilmiah. 

Pertama, bagi dosen memudahkan tanggungjawab terhadap keaslian karya ilmiah/penelitian. Memudahkan pemenuhan angka kredit.

Kedua, bagi mahasiswa mampu membaca karya ilmiah, mampu menulis karya ilmiah (analitis) dan mengenal jurnal ilmiah untuk mencari rujukan. Ketiga, bagi perguruan tinggi sendiri akan memudahkan menjalankan perannya sebagai perguruan tinggi. 

Menyemarahkkan kehidupan kampus dan yang lebih penting meningkatkan reputasi perguruan tinggi tersebut. Keempat, secara nasional publikasi karya ilmiah sekaligus meningkatkan reputasi negara Indonesia di bidang karya ilmiah.

"Publikasi karya menghasilkan aktifitas  membaca, menulis dan menggunakan jurnal sebagai rujukan. Baik untuk membuat makalah, tugas akhir kuliah seperti skripsi, tesis dan disertasi. Dosen harus mempublikasi karya (tulisan)nya di jurnal, baik nasional dan internasional. Semakin banyak karya publikasinya dikutip maka semakin tinggi pula nilai karya ilmiah yang dihasilkan. Memang tingkat publikasi karya ilmiah kita di jurnal masih dibawah Singapura, Pilipina dan Malaysia,"  tutur Martin, Rektor UIN IB perempuan pertama ini.

Pemimpin Redaksi Sitinjausumbar.com Armaidi Tanjung menambahkan, menulis karya ilmiah memang perlu ketekunan, banyak membaca buku, jurnal dan jeli melihat masalah yang akan dibahas. Kendala utama kebanyakan rendahnya budaya membaca sehingga keterbatasan wawasan dan rujukan yang bisa digunakan.

"Termasuk menulis di media surat kabar dan media online yang tidak terlalu panjang seperti tulisan untuk jurnal. Dari tulisan yang dibuat, dikirimkan dan dimuat di media bisa dilihat kemampuan dosen dan mahasiswa dalam memahami masalah yang ditulis serta cara penyajianya. Karena itu, bagaimana mendorong tumbuhnya budaya membaca dan dan menulis di kalangan akademisi perguruan tinggi memang sangatlah penting. Webinar ini setidaknya bisa jadi titik awal untuk lebih meningkatkan budaya membaca dan menulis di kalangan dosen dan mahasiswa," tutur Armaidi Tanjung, wartawan utama yang banyak menulis buku ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun