Mohon tunggu...
Damai Risma Damara
Damai Risma Damara Mohon Tunggu... Musisi - suka beropini saja

Mahasiswa UAD ILKOM 2019

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Apakah Film "The Social Dilemma" Berhubungan dengan Kehidupan Saya?

15 Juli 2021   15:46 Diperbarui: 15 Juli 2021   16:25 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Film "The Social Dilemma" merupakan sebuah film yang di sutradarai oleh Jeff Orlowski yang menceritakan tentang segala seluk-beluknya media sosial. Dalam film tersebut dikatakan bahwa media sosial dikendalikan dengan menggunakan algoritma yang mana dengan tidak secara langsung kita sebagai pengguna dijalankan oleh mereka.

Pada film yang dirilis 9 September 2020 lalu, menjelaskan juga tentang sisi positif dan negatifnya dari media sosial. Sisi baiknya seperti memudahkan kita untuk mendapatkan informasi dari segala penjuru dunia dan dapat menghubungkan kita dengan banyak orang. Sedangkan sisi buruknya yaitu kita akan terus dibuat untuk tidak bisa lepas dari media sosial. Mereka melakukannya dengan cara membuat feed yang akan kita scroll selalu menarik perhatian.

Sehingga hal tersebut akan membuat kita terpengaruh dengan isi konten atau feed yang mana akan berpengaruh juga terhadap kesehatan mental para pengguna. Selain itu media sosial bisa dikatakan sebagai "pedang bermata dua". Maksudnya adalah media sosial bisa menyatukan namun juga membuat perpecahan. Contohnya ketika ada suatu bencana sehingga membuat banyak orang sifat simpati dan empatinya tergugah sehingga mengadakan penggalangan dana untuk korban bencana tersebut dan menghasilkan puluhan bahkan ratusan juta rupiah. Namun, media sosial juga bisa membuat  perpecahan. Contohnya ketika ada pemilu beberapa oknum tidak bertanggung jawab membuat dan menyebarkan hoax di media sosial, sehingga membuat adanya beberapa kubu pro dan kontra yang saling beradu argumen. Bahkan lebih parahnya lagi mereka tidak hanya beradu argumen, melainkan mengadakan pertmuan secara langsung.

Setelah saya menonton film tersebut, saya mendapatkan beberapa hal yang peting mengenai media sosial terutama untuk kebutuhan perkuliahan. Dalam perkuliahaan pastinya terdapat beberapa organisasi atau komunitas yang ada. Seperti BEM, IMM, PKM, dll. Dalam organisasi tersebut pasti akan mengadakan event seperti lomba, konser, dll. Event tersebut membuthkan massa yang banyak agar berjalan dengan lancar. Maka dari itu dengan memanfaatkan media sosial, event yang diadakan akan diketahui oleh banyak orang. Salah satu caranya dengan memanfaatkan aplikasi Instagram. Dikalangan mahasiswa, Instagram digunakan untuk paid promote suatu organisasi. Dengan kita melakukan paid promote, maka event yang kita adakan akan lebih dijangkau banyak orang. Apalagi mahasiswa tidak hanya berasal dari satu kota saja, melainkan dari berbagai kota yang ada di Indonesia.

Dalam tugas kuliah biasanya berupa laporan atau makalah yang berisi penelitian. Penelitian tersebut memerlukan data yang akan diolah kembali sebagai bukti bahwa penelitian tersebut valid, yaitu dengan cara membuat kuisioner. Saat ini sudah tidak perlu lagi membuat kuisioner dengan kertas yang diisi dengan pulpen atau pensil. Kemajuan zaman seperti sekarang dapat menggunakan internet sebagai alat membuat kuisioner. Sehingga memudahkan kita menjangkau banyak orang tanpa harus bertemu secara fisik terlebih dahulu.Tetapi tetap ada saja hal buruk yang saya dapatkan dari film tersebut. Seperti merusak kesehatan mental setelah melihat berita atau konten bahkan komentar dari orang lain yang menyinggung psikologi kita.

Saya akan menceritakan sedikit banyak dari pengalaman dan pandangan saya terhadap teknologi informasi dan komunikasi. Saya mulai menggunakan media sosial sejak saya mempunyai HP yang bisa untuk mengakses internet. Saat itu saya mulai membuat akun Facebook. Saat itu saya dibuatkan oleh saudara saya dengan menggunakan komputer. Saya diberitahu email dan passwordnya agar bisa melakukan login Facebook. First impression saya saat itu tercengang keheranan. Karena saya bisa terhubung oleh teman saya tanpa bertemu dan menghabiskan banyak pulsa dengan SMS. Selain itu saya bisa melihat berita, konten, bahkan bermain game. Saya cukup terkesan seperti saya bisa menjelajah dunia namun hanya dengan berdiam diri. Memang benar, ada situs Google Earth yang bisa melihat seluruh keadaan bumi. Tapi sisi lain dari Facebook yaitu kita bisa lebih terhubung dengan penggunanya dari belahan dunia manapun. Saat itu saya bisa berinteraksi dengan orang Belanda, bahkan saya menjadi teman dia.

Tetapi saat ini menurut saya Facebook sudah kurang "sehat" isi kontennya. Kita dapat membuat hoax dengan mudah yang disebarluaskan melalui Facebook. Karena aplikasi ini merupakan salah satu aplikasi media sosial "tertua" yang sampai saat ini bersaing dengan aplikasi baru lainnya. Dengan begitu, orang awam yang baru saja menggunakan media sosial, kemungkinan besar akan membuat akun Facebook. Untuk saat ini akun Facebook dapat dikaitkan dengan berbagai aplikasinya untuk persyaratan login atau membuat akun baru pada aplikasi lain. Jadi dengan kita hanya membuat Facebook saja, kita dapat menggunakan aplikasi lain dengan perantara akun Facebook ini yang menjadi akun anda di aplikasi lainnya.

Dengan begitu semua orang tentu akan mengeksplore terlebih dahulu seluruh isi Facebook. Maka kemungkinan besar mereka akan dapat menemukan berita-berita hoax yang bertebaran di Facebook. Lebih parahnya lagi, mereka akan menyebarluaskan melalui aplikasi lain seperti grup WhatsApp. Untuk saat ini sangat marak sekali hoax tentang Covid-19. Dalam grup WhatsApp kemungkinan ada yang pernah mandapatkan pesan tersebut atau menyebarkan hoax tersebut. sehingga hal tersebut membuat kegaduhan atau kepanikan para pembacanya.

Sekarang saya menggunakan Facebook hanya untuk jual-beli barang saja. Karena seperti yang sudah saya katakan tadi, bahwa pengguna Facebook sangat banyak. Sehingga jika kita menjual barang, akan mudah dan banyak peminatnya. Begitupun membeli barang, banyak sekali orang berjualan segala macam dari alat rumah tangga, sampai kendaraan. Hanya dengan mencari apa barang yang ingin dibeli, kita akan langsung ditujukan pada halaman yang berisi barang tersebut.

Masa pandemi ini masih berjalan, banyak sekali keseharian orang-orang, terutama kalangan remaja, menghabiskan waktunya hanya untuk menonton Youtube, Instagram, dan Tiktok. Ketiga aplikasi tersebut sedang naik daun dari kalangan yang tua sampai yang muda. Tanpa kita sadari, jika kita menonton misalnya tentang sepakbola, maka pada beranda atau eksplore selanjutnya akan muncul konten sepakbola lainnya. Hal tersebut yang menjadipengikat kita terhadap penggunaan aplikasi tersebut. Seringkali kita merasa bahwa kita akan menonton satu kali lagi setelah itu akan istirahat. Namun yang terjadi adalah kita selalu tergoda dengan konten selanjutnya. Sehingga memaksa kita terus menonton konten tersebut dengan semakin lama.

Saya mempunyai prasangka terhadap developer pengembang aplikasi tersebut, terlebih kepada aplikasi Whatsapp. Whatsapp merupakan aplikasi untuk berkomunikasi dengan mudah hanya menggunakan nomor saja untuk aktivasi dan pada update sekarang kita juga bisa membuat dan melihat Story Whatsapp milik teman. Aplikasi tersebut memiliki conditions & terms yang salah satunya pesan yang kita kirim ke orang lain akan di end to end encryption. Maksudnya adalah Whatsapp menjamin bahwa pesan yang kita kirimkan kepada orang lain tidak dapat diretas oleh siapapun.

Namun pada kenyataannya, saat ini muncul aplikasi yang bernama GB Whatsapp. Dalam aplikasi tersebut salah satu keunggulannya yaitu dapat melihat pesan yang sudah ditarik oleh pengirim. Hal tersebut sangat mengganggu bagi pengguna Whatsapp biasa. Karena privasinya sangat terganggu, bahkan kita semakin ragu terhadap sistem end to end encryption yang diunggulkan oleh Whatsapp. Banyak sekali pengguna Whatsapp yang resah dan memberikan komentar dihalaman komen aplikasi Whatsapp di Playstore.

Selain itu, saya pernah mempunyai pengalaman yang menurut saya cukup mengejutkan. Saat itu saya sedang saling berkirim pesan dengan si X. Saya bertanya kepada X tentang seputar rakit PC. Dalam percakapan saya dengan X, terdadapat kata kata VGA yang akan saya cari dan beli. Kemudian setelah beberapa saat selesai chat dengan X, malamnya saya sedang membuka Facebook. Pada halaman iklan, terpapar dengan jelas VGA dengan harganya yang dijual melalui Tokopedia dan Shopee. Bahkan ketika membuka halaman Marketplace, juga tertera beberapa VGA yang dijual orang lain. saya berpikir mungkin itu sebuah kebetulan, karena memang saya ingin mencari itu.

Keesokan harinya, teman saya si Z mengirim pesan WA kepada saya bertanya apa merk gitar yang bagus untuk pemula. Saya menyarankan beberapa toko gitar custom yang murah karena untuk latihan belum butuh gitar yang mahal. Namun saya tetap memberitahu beberapa merk gitar yang bagus jika dia sudah mahir bermain gitar, untuk upgrade gitarnya ke yang lebih bagus lagi. Alangkah terkejutnya kembali. Ketika membuka Instagram, muncul beberapa toko alat musik yang belom pernah saya lihat tokonya atau saya membelinya di toko tersebut. Hampir sebagian besar rekomendasi konten yang muncul yaitu toko gitar, orang bermain gitar, dan segala macam tentang gitar. Padahal saya jarang sekali melihat konten seperti itu di Instagram, karena biasanya jika ingin melihat konten musik saya lebih menggunakan Youtube. Dari kejadian tersebut, saya menjadi ragu terhadap sistem encryption yang ada di Whatsapp.

Logikanya jika saya membuka instagram lalu melakukan pencarian misalnya terhadap gitar, maka apabila isi explore menjadi gitar semua itu sangat wajar, karena memang itu yang sedang saya cari. Tetapi ini menggunakan Whatsapp yang mana pesan yang kita kirim tidak dapat diretas siapapun, namun saat membuka Instagram maupun aplikasi lain muncul rekomendasi barang yang sedang saya diskusikan di Whatsapp.

Memang benar, jika isi chat kita bersifat rahasia dan telah dibackup di memory atau email kita. Tetapi apakah kalian sadari jika email bisa diretas? Beberapa waktu lalu muncul berita tentang akun atau identitas kita melalui Tokopedia diperjual belikan. Data tersebut tentunya berisi username, password, nama, alamat, bahkan tidak lupa email kita.

Sehingga saya muncul pemikiran yang menurut saya semua ini dikendalikan. Sekalipun Whatsapp mempunyai sistem encryption, mereka tetap mengetahui isi pesan kita yang kita kirim ke orang lain. Sehingga seperti yang ada pada film "The Social Dilemma", apa yang menarik bagi kita, akan selalu dimunculkan di feed selanjutnya atau yang lainnya. Jadi hal tersebut akan membuat psikologi kita selalu berkeinginan yang lebih dan tetap mencari tahu konten konten selanjutnya. Dan kemungkinan buruknya, menurut saya semua media sosial tidak ada yang rahasia bahkan "mereka" akan dengan mudah mengendalikan kita.

Selain itu pengalaman orang terdekat saya yaitu beberapa akun media sosialnya diretas oleh oknum tidak bertanggung jawab. Awalnya sepupu saya ingin membuka Instagramnya, tetapi terdapat tulisan "akun ini telah login ditempat lain". Lalu dia diberitahu bahwa Instagramnya berganti profil foto dan mengunggah foto yang bukan sepupu saya melainkan orang lain, namun nama dari akun Instagram itu masi menggunakan nama sepupu saya. Setelah itu sepupu saya melakukan ubah password akun Instagram melalui emailnya. Peretasan akun seperti ini yang membuat khawatir kita apabila disalahgunakan orang lain. karena masih mengunakan data identitas kita dan seringkali untuk menipu atau mengunggah konten porno.

Teknologi informasi dan komunikasi ini masih banyak kekurangannya yang harus segera diperbaiki. Salah satunya penguatan akun anti hacker. Apabila sebuah aplikasi memiliki keunggulan tersebut maka banyak orang yang akan menggunakannya. Contohnya kali ini ada pada game. Banyak sekali game yang dapat dibajak atau palsu (tidak original). Harga aslinya misalkan Rp1.000.000,00 tetapi kita bisa mendapatkan game tersebut dengan gratis namun bajakan di beberapa website tertentu. Dari situ banyak orang yang merasa rugi karena telah membeli game secara berbayar, tetapi malah ada yang bajakan bahkan fiturnya pun tidak jauh berbeda dengan yang asli.

Contohnya seperti game PES. Game sepak bola tersebut mempunyai banyak penggemar di seluruh dunia. Tetapi banyak yang menyukai dan memainkan game ini karenadapat diunduh secara gratis di beberapa website namun dengan versi bajakan. Hal yang membedakan PES original dengan yang tidak yaitu PES original bisa bermain online sedangkan yang bajakan tidak bisa online. Banyak orang memainkan game ini dengan teman dekatnya atau teman kuliah. Jadi tidak perlu koneksi online untuk bermain dengan teman. Hal ini membuat PES mempunyai haters karena gamenya mudah sekali untuk dibajak.

Sedangkan dari rival PES yaitu FIFA, semakin memperkuat proteksi pembajakan game. Berdasarkan pengalaman dan pengetahuan saya, mulai dari FIFA 20 dan sekarang FIFA 21 tidak tersedia di situs website game bajakan. Hal ini membuat para pengguna FIFA original merasa "dihargai" oleh developer. Karena hanya dengan membeli game merupakan satu-satunya untuk bermain FIFA. Sehingga tidak banyak orang yang dapat bermain game ini secara bajakan. Bahkan sampai saat ini saya mencari situs yang mengunggah file bajakan FIFA 21 tidak ada sama sekali. Apabila ada ketika dibuka atau diinstal yang terjadi adalah menginstal aplikasi lain atau malah membawa virus ke PC atau laptop anda.

Jadi menurut saya sebagai pecinta dan penggemar game, saya merasa dihargai jika saya membeli game secara original yang tentunya berbayar dan game tersebut tidak bisa diretas atau dibajak oleh situs-situs penyedia game bajakan. Karena hal tersebut menjadi istimewa apabila hanya yang membeli yang dapat bermain.

Maka dari itu, apabila aplikasi media sosial yang tersedia mengembangkan atau meng-upgrade proteksinya terhadap peretasan maka akan lebih sehat dan aman tentunya bagi para pengguna. Pesan dari saya selalu berhati-hati dalam menggunakan media sosial. Entah itu untuk berkomentar, mengunggah foto atau video, dan juga menjelajah suatu website. Karena apa yang kita lakukan di media sosial, akan terekam jejaknya sampai kapanpun. Bahkan jika kita sudah menghapus file dari sejak lama, bisa  kita cari file tersebut apabila kita "pintar" dalam bidang tersebut. karena akan berbahaya jika suatu saat akan mendaftar pekerjaan, atau jika sudah bekerja maka apabila ada jejak media sosial yang bersifat negatif, maka akan mencoreng nama baik kita dan akan merugikan kita sehingga kita gagal mendapatkan pekerjaan atau bisa dipecat dari pekerjaan tersebut.

Terimakasih sudah membaca cerita yang panjang dan tidak singkat ini. Selalu jaga kesehatan, apabila tidak ada kepentingan untuk keluar rumah, lebih baik dirumah saja, dan selalu menerapkan protokol kesehatan. Semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya. Amin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun