Sisi kedua, lebih jujur lagi. Saya merasa kehilangan. Kehilangan “hati” blogger yang dulu dikenal beraliran grassroot. Bukankah keberadaan blogger bermula dari niat untuk berbagi tentang apa pun di sekitar kehidupan si blogger? Mulai sekadar curahan hati, cerita keseharian, sampai gagasan/pemikiran yang erat kaitannya dengan wawasan blogger itu. Benar-benar original.
Ada pun kategori, level, spesialiasi, atau istilah lainnya yang berujung pada pengkotak-kotakkan blogger, kiranya menjadi khazanah perkembangan (dan kemajuan) dunia perbloggeran. Seyogyanya, hal ini tidak membuat blogger melupakan “kulitnya” dan sejarah bagaimana makna blogger dibumikan.
Bukan malah, kian tinggi dan beragam level blogger hari ini justru menjadikan blogger tak lebih dari “lipstik perusahaan”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H