“The Last of Us”, seri film HBO berdasarkan permainan terkenal yang sekarang sedang mendunia dan diminati oleh banyak khalayak. Seri hit HBO "The Last Of Us" menggambarkan dunia pasca-pandemi yang hancur oleh wabah massal "jamur zombie" yakni jamur cordyceps yang menginfeksi dan mengambil alih pikiran inang yang telah terinfeksi olehnya. Jamur cordyceps sendiri merupakan jamur yang berasal dari dunia nyata dengan nama latin Cordyceps militaris dan sering ditemukan dalam bahan-bahan makanan dan obat-obatan dalam kehidupan sehari-hari.
Kebanyakan orang mungkin akan langsung bertanya setelah menonton seri ini, “apakah jamur benar-benar bisa menginfeksi manusia dan sesuai film?” Jawabannya adalah tidak, "jamur zombie" yang digambarkan dalam seri "The Last Of Us" tidaklah nyata dan tidak sesuai dengan kondisi di dunia asli. Jamur cordyceps dalam kehidupan asli hanya dapat menginfeksi serangga dan dapat mengendalikan perilakunya.
Jamur Cordyceps menginfeksi semut dan serangga lainnya dengan mengendalikan perilaku mereka dan akhirnya membunuh mereka untuk menyediakan lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan. Ini adalah contoh luar biasa tentang bagaimana parasit dapat memanipulasi inangnya untuk meningkatkan peluang bertahan hidup dan bereproduksi. Maka dari itu, versi fiktif jamur dalam seri tersebut tidak didasarkan pada realitas ilmiah.
Tubuh manusia sejatinya tidak rentan terhadap infeksi cordyceps karena sistem kekebalannya yang maju dan suhu internal yang lebih tinggi. Akan tetapi, tentunya tubuh manusia tidak sepenuhnya tidak rentan terhadap infeksi dan keracunan jamur-jamur jenis lainnya.
Salah satu keracunan yang disebabkan oleh jamur adalah keracunan ergot, yang disebabkan oleh biji-bijian yang terkontaminasi, dan sering sekali dikaitkan dengan peristiwa histeria massal seperti Pengadilan Penyihir Salem di masa lalu.
Selain itu juga, kondisi yang disebut dengan mikosis atau penyakit yang disebabkan oleh jamur, dapat terjadi di manusia khususnya pada permukaan kulit atau ujung kuku serta juga dapat menyebabkan infeksi di mulut, tenggorokan, paru-paru, saluran kemih, dan banyak bagian tubuh lainnya.
Hal ini dapat terjadi apabila kita tidak menjaga kebersihan atau jamur terkontaminasi masuk ke dalam bagian internal tubuh kita. Sementara beberapa jamur juga dapat menyebabkan halusinasi pada kesempatan langka, Cordyceps tidak mungkin memiliki efek ini pada manusia. Berdasarkan penelitian, dari sekitar 150.000 spesies jamur yang diketahui, hanya 200 yang diketahui menginfeksi manusia.
Jamur sendiri memiliki pengaruh yang besar pada kesehatan manusia. Infeksi jamur adalah masalah kesehatan global yang serius, menyebabkan lebih dari 150 juta kasus dan diperkirakan menyebabkan 1,7 juta kematian setiap tahun.
Infeksi pada kulit, kuku, dan rambut mempengaruhi hampir satu miliar orang setiap tahun, dan tingkat keparahannya lebih tinggi pada individu dengan kondisi kesehatan dasar seperti asma, AIDS, kanker, penerima transplantasi, dan mereka yang menjalani terapi kortikosteroid. Pada tahun 2022, Organisasi Kesehatan Dunia mengidentifikasi 19 patogen jamur sebagai ancaman utama bagi kesehatan masyarakat.
Meskipun demikian, infeksi jamur menerima pendanaan yang terbatas, dengan kurang dari 1,5% pendanaan penyakit menular, meskipun menyebabkan lebih banyak kematian daripada tuberkulosis. Kekurangan dana ini digambarkan sebagai "mengejutkan" oleh para ahli, yang mencatat pentingnya penelitian patogen jamur sebagai ancaman biohazard. Apabila kita kurang cermat, ancaman biohazard tersebut membahayakan manusia hingga skala global.
Akan tetapi, jamur tidak mudah ditularkan dari orang ke orang seperti virus, dan sistem kekebalan tubuh manusia serta obat antijamur memperkecil kemungkinan jamur menyebabkan pandemi global. Penyebaran infeksi jamur biasanya melalui kontak kulit langsung atau berbagi barang, bukan tetesan pernapasan seperti virus.
Meskipun pandemi global dalam skala COVID-19 yang disebabkan oleh jamur tunggal tidak mungkin terjadi, beban global infeksi jamur tetap tinggi dan banyak infeksi sulit diobati serta memiliki tingkat kematian yang tinggi. Maka dari itu, hendaknya kita selalu waspada dan menjaga kebersihan sehingga potensi penyebaran dan infeksi jamur dapat diminimalisir.
Sementara pandemi global yang disebabkan oleh jamur cordyceps yang bermutasi akibat perubahan iklim sangat tidak mungkin terjadi, pemanasan planet terus menjadi ancaman bagi kesehatan global.
Peningkatan pandemi dari penyakit menular dapat menjadi lebih umum karena habitat saling berbaur dan hewan berinteraksi dengan spesies yang belum pernah mereka temui sebelumnya.
Hal ini dapat terjadi dikarenakan adanya perubahan iklim dan pemanasan planet yang menyebabkan morfologi dari hewan dan tumbuhan dapat berubah / bermutasi juga. Sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa ketika suhu jamur dinaikkan, patogen mampu beradaptasi dengan perubahan genetik.
Penelitian ini menunjukkan bahwa jamur patogen juga dapat beradaptasi dengan suhu planet yang meningkat, menyoroti bahaya pemanasan global. Di dunia yang lebih hangat dan basah, kita akan terpapar lebih banyak jamur daripada sebelumnya, yang akan meningkatkan risiko kesehatan masyarakat. Maka dari itu, hendaknya kita bekerja bersama-sama melawan perubahan iklim, menjaga kesehatan dari infeksi jamur, serta memahami dampak spesifiknya terhadap kesehatan masyarakat.
Penulis : Dalvin Mugito & Dennis Laurencius
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H