"Kita makan dulu." Yudha memecah keheningan di antara mereka. Lantas pria itu berjalan lebih dulu ke arah sebuah restorant yang tak jauh dari tempat mereka berdiri.
Qinan dan yang lainnya hanya mengangguk. Mereka tahu betul tabiat satu temannya itu. Di mana pun mereka berkunjung, sudah pasti Yudha akan memulai dengan mencicip makanan daerah yang mereka kunjungi. Tidak peduli jika teman-temannya baru makan satu jam yang lalu. Menurut Yudha, sebelum mencari tahu kebiasaan penduduk, lebih dulu mereka harus mencoba makanan buatan tangan mereka. Mengingat kemajuan teknologi telah merambah segala sektor, tidak bisa lagi disebut "makanan buatan tangan". Semua makanan bisa disajikan hanya dengan klik-klik saja.
Bisa jadi Yudha akan ketagihan dengan makanan buatan tangan yang asli. Pikir Qinan.
Tidak ada habisnya Qinan dibuat tercengang. Restoran yang mereka masuki hanya ada suara denging dari mesin yang beroperasi. Dari Pramusaji hingga koki semuanya dilayani oleh robot. Menurut Ayu, efek dari perkembangan teknolgi yang paling mengerikan adalah perubahan manusia yang semakin malas untuk bergerak. Dan benar saja, mereka bertemu dengan orang-orang yang kelebihan lemak. Lemak-lemak yang tidak pernah mereka bakar. Kalori menumpuk sehingga berubah menjadi penyakit obesitas. Yang sayanganya mereka tidak sadar, jika mereka terbunuh secara perlahan.
Orang-orang kelebihan lemak itu, bergerak dibantu oleh kursi terbang yang membawa kemanapun mereka mau. Lagi-lagi hanya klik-klik saja.
Yudha berinisiatif mencari bangku yang berada di sudut ruangan. "Biar gampang," katanya.
Qinan mengerti maksud pria itu. Mereka akan lebih mudah memperhatikan tingkah mereka, serta gerak gerik para robot itu.
Andra memasukan pesanan mereka, tentu saja dengan klik-klik tak lama pesanan makanan mereka akan langsung tersaji di atas piring masing-masing. Tidak ada rendang daging, semur jengkol, capcai, mie ayam, nasi goreng, bakso. Itu semua sudah tidak ada. Kini makanan mereka akan disajikan dengan bentuk kubus yang berasa. Rasa yang bisa dicostome.Â
**
Urusan perut sudah selesai. Andra memutuskan untuk membagi kelompok mereka menjadi tiga tim. Andra bersama Ayu, Maya dengan Ragil. Sedangkan Qinan dengan Yudha. Mereka langsung berpencar menuju bagian-bagian kota sesaui rencana yang teklah dibuat. Qinan dan Yudha pergi menuju pusat kota, lebih tepatnya menuju sebuah universitas paling bagus di kota.
Qinan tak kalah takjub melihat bangunan di depannya. Bangunan universitas itu terdiri dua gedung yang menjulang tinggi, dengan halaman seluas separuh lapangan sepak bola. Di depan mata Qinan bisa melihat berbagai benda terbang yang sedang diuji dan sedang digunakan. Sebuah drone berbentuk capung mendekati Qinan dan Yudha, memancarkan sinar untuk mengidentifikasi.