Mohon tunggu...
Daffa Alief
Daffa Alief Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Sosiologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Bercita-citalah setinggi langit, jika jatuh maka akan di atas bintang-bintang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sudah Meratakah Akses Pendidikan di Negeri Ini?

29 Oktober 2020   15:03 Diperbarui: 31 Oktober 2020   10:55 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Lain daerah lain pula masalahnya, kondisi anak-anak usia sekolah di Desa Patambanua, Kecamatan Matangnga, Polewali Mandar, Sulawesi Barat bahkan terbilang lebih memprihatinkan. Anak-anak yang ingin mengenyam pendidikan dasar harus berjalan kaki melewati bukit dan hutan agar bisa sampai ke sekolah. Hal tersebut berakibat banyaknya anak-anak yang seringkali telat bahkan ada yang sampai putus sekolah. Hingga tulisan ini diturunkan, masalah ketersediaan sekolah bagi anak-anak di Polewali Mandar, Sulawesi Barat, belum terselesaikan. Untuk mendirikan sekolah dasar, pemerintah setempat terbentur persyaratan minimum jumlah murid yang harus 60 orang.

Berbeda nasibnya dengan anak-anak usia sekolah di wilayah perkotaan. Sudah terdapat fasilitas yang memadai, sarana dan prasarana yang hampir lengkap, akan tetapi masih banyak yang bolos. Dilansir dari detiknews pada Kamis 14 Februari 2019, Satpol PP Depok melakukan razia di sebuah warung internet (Warnet) di Jalan Kemakmuran, Sukmajaya. Di lokasi tersebut, petugas mengamankan belasan pelajar bolos sekolah yang sedang asyik main game online. Petugas mengamankan 20 siswa yang terdiri dari 1 siswa SD, 8 orang siswa SMP, dan 11 orang siswa SMA. Beruntungnya para pelajar ini, mereka semua disuruh kembali ke rumah setelah dinasihati dan disuruh membuat surat pernyataan tidak akan mengulangi perbuatan ini lagi.

Contoh lain terjadi di Bojonegoro, dilansir dari blokbrojonegoro.com pada Senin 31 Januari 2020, belasan pelajar berhasil diamankan oleh Satuan Polisi Pamong Praja  (Satpol PP) Bojonegoro. Dari operasi tersebut, diamankan 19 pelajar dari 3 lembaga sekolah yang berbeda. Hukuman yang diberikan Satpol PP kepada para pelajar ialah mereka menghornati bendera diiringi dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Hukuman ini bertujuan agar para pelajar merasa jera dan tidak mengulangi lagi perbuatannya.

Kali ini saya akan membagikan contoh ketika pandemik, di Desa Sihalo-halo, Kecamatan Dolok Sigompulon, Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatera Utara yang masih minim dari jaringan internet membuat beberapa siswa terpaksa tiap harinya pergi kebukit agar dapat mengikuti pembelajaran jarak jauh. Metode pembelajarannya yaitu dilakukan via aplikasi whatsapp, guru memberikan soalnya melalui grup lalu murid mengerjakan jawaban dibuku tulis lalu hasilnya dikirim melalui bentuk foto. Mereka tiap pagi berangkat dengan membawa beberapa perlengkapan sekolah dan tikar untuk alas belajarnya atau bahkan hanya kaki dan tanah yang menjadi alasnya. Mereka belajar dengan berpanas-panasan, tak jarang juga mereka dilanda hujan ketika sedang belajar.

Banyak orang tua yang merasa keberatan dengan adanya pembelajaran jarak jauh ini,, mereka merasa kewalahan untuk memenuhi permintaan anaknya untuk memberikan gawai untuk PJJ. Keadaan ini dirasakan di desa bahkan mungkin di kota pun sama. Alhasil, banyak anak yang tidak dapat mengikuti pembelajaran. Bahkan saya menemukan kasus di Garut, Jawa Barat,dilansir pada suarajabar.id terdapat seorang ayah yang rela mencuri handphone tetangganya hanya untuk anaknya, agar si anak dapat mengikuti pembelajaran jarak jauh. Kejadian itu berlangsung pada Rabu 5 Agustus 2020, hingga tulisan ini diturunkan, perkara ini berakhir secara damai dan tidak dibawa ke ranah meja hijau.

Prihatin, satu kata yang bisa dituliskan dalam kegiatan belajar mengajar pada pandemi ini. Terlihat sekali pemerintah tidak siap untuk menghadapi wabah yang sedang melanda di seluruh dunia. Penjelasan di atas merupakan potret kecil kesenjangan pendidikan di Indonesia. Negara jelas belum sanggup memberikan fasilitas belajar daring menggunakan teknologi informasi dan tingkat ekonomi yang masih jauh dari kata mencukupi. Pak Menteri Nadiem sudah memberikan lampu hijau untuk memakai dana BOS digunakan untuk membeli kuota untuk belajar daring, mungkin ini dapat meringankan beban para orang tua. Satu pertanyaan terakhir yang timbul, akankah jaringan internet segera merata dipenjuru negeri?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun