Pertanyaannya adalah apakah sebuah akun medsos ternama dengan pengamanan berlapis seperti Twitter, begitu mudah dibajak? Untuk menjawab pertanyaan ini tentu harus dilakukan investigasi forensik IT yang kredibel. Tentu itu perlu waktu, dan tentu saja juga tidak bisa mengabaikan peran Twitter sebagai pengelola.
Di sinilah waktu menjadi penting, karena masalah ini terkait dengan pemilu yang tinggal tiga hari lagi. Selama waktu ini, upaya mencitrakan bahwa pembajakan akun dilakukan lawan politik Said Didu dan UAS, bisa dijalankan dengan gencar, dengan membuat pernyataan ke media pemberitaan, TT di Twitter, atau video di YouTube. Semua yang disebut telah dilakukan oleh Said Didu dan kelompok pendukung Prabowo.
Dengan analisis sederhana ini, tujuan pembajakan akun itu bisa dinilai sebagai upaya memperkuat gaung manuver dukungan politik UAS terhadap Prabowo. Namun, belajar dari kasus yang lain, seperti hoax Ratna Sarumpaet, kasus pencoblosan ilegal di Selangor, juga playing victim beberapa tokoh, masyarakat pastilah sudah tidak mudah terpengaruh lagi.
Sebaliknya, munculnya kasus ini  bisa dinilai sebagai fakta bahwa dukungan UAS ke Prabowo itu tidak terlalu mendapat perhatian. Mungkin karena itu, dimunculkan serangan terhadap UAS lewat akun Twitter Said Didu, yang disebut dibajak itu. Dengan begitu, masyarakat kembali menoleh ke UAS karena simpati.
Ada baiknya kita memang tidak terlalu menggubris permainan bajak akun medsos itu. Sampai kini kita belum tahu mahkluk macam apa mereka itu, bakteri tipe 01, bakteri tipe 02, atau bakteri tinja. Namun yang pasti, aroma permainan playing victim itu sangat menyengat baunya. Andai saja bisa diketahui siapa pelakunya.
Salam waras saja
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H