Mohon tunggu...
mohammad mustain
mohammad mustain Mohon Tunggu... penulis bebas -

Memotret dan menulis itu panggilan hati. Kalau tak ada panggilan, ya melihat dan membaca saja.

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Bobol ATM, Ramyadjie Nyamar Pakai Jilbab

18 Maret 2019   10:35 Diperbarui: 18 Maret 2019   12:21 2213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar sebuah meme di medsos

Apakah Ramyadjie Priambodo yang membobol ATM BCA itu kerabat Prabowo Subianto capres no 02? Pertanyaan ini sempat membuat sibuk para pendukung Prabowo. Jawabnya adalah ya, dia memang kerabat Prabowo meski terhitung kerabat jauh. Kalau disebut keponakan dia terhitung keponakan jauh.

Tapi bukan hal itu yang akan jadi bahasan tulisan ini. Biarkan itu jadi urusan dan kesibukan orang-orang di BPN Prabowo-Sandi. Toh kita juga sudah menduga apa yang akan mereka ucapkan jika ada kasus seperti itu. Kisi-kisi penjelasannya paling ya seperti biasanya: tidak kenal, bukan bagian Gerindra, tidak ada hubungan dengan pemenangan  pilpres, ditambah ancaman mengadukan ke polisi.

Yang menarik dari kasus pembobolan ATM BCA ini selain pelaku punya hubungan kekerabatan jauh dengan Capres Prabowo Subianto, adalah cara dia beraksi. 

Soal skimming atau pemakaian kartu duplikat dan yang lainnya itu mungkin sudah standar dalam melakukan kejahatannya pembobolan ATM. Namun, ternyata ada hal yang lain daripada yang lain, yang dilakukan Ramyadjie Priambodo. Dia menyamar jadi cewek.

Dalam aksinya itu dia menggunakan jilbab untuk mengubah penampilannya agar tidak dikenal. Salah satu barang bukti yang disita polisi memang disebutkan berupa masker. Sayang belum ada gambaran secara detail bagaimana penampilan dia saat berhijab, apakah cantik, atau tertutup rapat seperti warga gurun pasir yang hanya terlihat matanya karena melindungi diri dari pasir yang beterbangan.

Sebenarnya, cara Ramyadjie Priambodo itu bukan hal baru juga. Hanya saja, pelaku pembobolan ATM yang menyamar jadi cewek yang ketahuan dan ditangkap polisi mungkin baru dia. Tapi kalau modus serupa untuk kejahatan jenis lain sudah ada beberapa contoh di berbagai tempat dan negara.

Yang mungkin masih diingat adalah aksi lelaki cantik berjilbab yang membobol kos-kosan di Bandung, dan menggondol harta penghuninya mulai dari perhiasan, peralatan elektronik, hingga sepeda motor. Pelaku yang bernama Iqbal Rizky terlihat persis seperti wanita cantik saat berjilbab. Polisi sempat terkecoh menyangka dia wanita tulen.

Apakah penampilan Ramyadjie Priambodo juga "cantik" saat berjilbab? Kita tunggu saja barangkali nanti rekaman CCTV ditunjukkan ke publik.

Contoh lain. Ada seorang narapidana Rutan Salemba, bernama Anwar alias Rizal, berhasil kabur dari rutan itu dengan menyamar jadi wanita, pada hari kedua Lebaran, Juli 2016 lalu. Napi kasus perkosaan dan pembunuhan itu mengenakan baju gamis dan jilbab yang dibawakan istrinya. Dia berhasil lolos di tengah kunjungan 2000 pembesuk yang dijaga 50 petugas.

Ada juga pencopet yang memakai hijab dan dress terusan warna hitam. Dengan penampilan seperti itu, Hariandi alias Leni tampil seperti wanita dan mencopet di salah satu mall di Makassar. Dia juga berhasil diringkus petugas sehingga penyamarannya terbuka.

Ada juga kisah tentang seorang pria di China yang menyamar jadi wanita dengan menggunakan rok mini dan masker. Dia melakukan hal itu untuk bisa mengintip para cewek  di toilet.

Ada beberapa contoh lain tentang aksi kejahatan dengan modus menyamar jadi wanita. Apakah Ramyadjie terinspirasi oleh aksi-aksi semacam itu, kita tidak tahu. Di film, adegan pria menyamar jadi wanita dengan berhijab juga ada. Bisa saja, Ramyadjie terinspirasi hal seperti itu. 

Tentunya dia juga sudah mempertimbangkan bentuk wajah juga tubuhnya saat mengenakan hijab. Karena itu, cukup menarik juga jika rekaman CCTV itu.

Lepas dari penyamarannya  dengan berjilbab, kalau melihat latar belakang Ramyadjie, memang banyak pertanyaan yang muncul. Pria ini disebut pernah menjabat sebagai presiden direktur PT Sumatera Persada Energi. Dia juga disebut di laman Linked in sebagai direktur perusahaan minyak dan gas Asiabumi Petroleo.

Dia juga mengenyam pendidikan di luar negeri, yaitu University of New South Wales, Australia, bergelar sarjana perdagangan yang salah satu program studinya bidang perbankan. [1]

Kalau melihat latar belakangnya dan juga jabatan yang pernah dipegangnya, memang terasa ada yang tidak pas. Apakah  tindakannya membobol ATM itu karena terobsesi sesuatu, atau akibat terjepit masalah keuangan, belum diketahui pasti.

Yang pasti isu bahwa tindakannya itu untuk memenuhi kebutuhan dana pengadaan IT untuk mendukung pemenangan Prabowo telah dibantah oleh BPN Prabowo-Sandi. Demikian juga kaitannya dengan  Hashim Djojohadikusumo adik Prabowo. Mereka menilai hal itu sebagai kampanye hitam.

Di masa kampanye pilpres sekarang ini, memang sulit menghindari penilaian yang menghubungkan tindakan Ramyadjie itu dengan Gerindra atau Prabowo. Ini karena dia memang sempat tercatat sebagai wakil bendahara umum di Tunas Indonesia Raya (Tidar) organisasi sayap Partai Gerindra yang diketuai Aryo Djojohadikusumo itu.

Situs www.tidar.or.id sendiri saat ini tidak bisa diakses. Lamannya menunjukkan peringatan adanya virus dan berlatar belakang warna merah, saat saya coba akses beberapa kali. 

Namun, sebuah tangkapan layar struktur kepengurusan organisasi itu  yang beredar di medsos menunjukkan Ramyadjie memang tercatat sebagai salah satu dari empat  wakil bendahara umum Tidar. Bendahara umumnya dijabat oleh Satrio Dimas Adityo.

Melihat latar belakang pelaku pembobolan ATM BCA ini, saya menjadi sedikit heran mengapa penangkapannya yang terjadi 26 Februari lalu baru terungkap ke publik saat ini. Apakah ada faktor tertentu sehingga kasus ini tidak terekspos, juga tidak tahu.

Namun membaca pernyataan petinggi BPN Prabowo-Sandi Andre Rosiadi yang menyebut pemberitaan kasus kejahatan ini sebagai kampanye hitam karena berita ini baru diributkan setelah tiga minggu, saya kok merasa penilaian itu kurang pas. 

Andre Rosiadi mempertanyakan mengapa kasus yang terjadi pada 26 Februari lalu baru terungkap menjelang debst cawapres Minggu kemarin. [2]

Saya menilai sebaliknya. Tidak terungkapnya kasus itu ke publik justru menguntungkan Prabowo-Sandi. Kasus itu pertama kali terungkap juga bukan bukan melalui portal berita arus utama. Setelah ramai di medsos barulah muncul berita yang mendukung kabar itu.

Artinya, seandainya berita ini tidak terungkap ke publik, tentu BPN Prabowo-Sandi tidak perlu repot-repot mengklarifikasi, atau sampai mengancam akan lapor polisi. Anggap saja terbukanya kasus ini ke publik sebuah kecelakaan.

Salam damai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun