Mohon tunggu...
mohammad mustain
mohammad mustain Mohon Tunggu... penulis bebas -

Memotret dan menulis itu panggilan hati. Kalau tak ada panggilan, ya melihat dan membaca saja.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Amien Rais, Luhut, dan Ruwatan Sengkuni

20 Maret 2018   11:24 Diperbarui: 21 Maret 2018   16:24 2777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau tuduhan Amien Rais benar, orang atau pihak yang dilaporkan itu pastilah akan diproses secara hukum. Kalau ternyata tuduhan hanya sekedar tuduhan, Amien Rais bisa disebut melakukan fitnah dan layak diproses secara hukum, seperti Alfian Tanjung atau Bambang Tri yang telah dipenjara itu. Ini baru' disebut tindakan yang jantan dan kesatria.

Kali ini Amien Rais memang mengubah tuduhan soal PKI dengan menyebut pemerintahan Jokowi memberikan angin membangkitkan PKI. Namun, ini sebenarnya nadanya hampir sama dengan tuduhan sebelumnya. Artinya, jika tuduhan itu tidak benar, dia juga bisa dipidana.

Tak hanya soal PKI, tetapi juga soal program pembagian sertifikat yang sudah jelas bermanfaat bagi masyarakat banyak itu. Selain itu, bagi yang pernah merasakan sulitnya mengurus sertifikat tanah, baru pada zaman Jokowi inilah pengurusan sertifikat tanah bisa cepat dan waktunya telah ditetapkan maksimal tiga bulan.

Amien Rais mungkin tidak pernah merasakan kesulitan itu. Maklum dia kan tokoh nasional, ndak perlu susah-susah mengurus sendiri sertifikat, semua sudah ada yang dengan sukarela mengurusnya. Lha wong boss besar kok. Coba, Amien Rais turun dan melihat serta mendengar keluhan wong cilik, mungkin saja sikap dan penilaiannya jadi berubah.

Oleh karena itu, Amien Rais seharusnya menyadari konsekuensi dari tuduhannya itu. Pemerintahan Presiden Jokowi ini melibatkan banyak orang, juga beberapa jenderal yang jelas rekam jejaknya. Wajarlah kalau seorang Luhut Binsar Panjaitan merasa terusik dan marah dengan tuduhannya itu. 

"Misalnya ada senior bilang bahwa ngasih sertifikat itu ngibulin gitu apanya yang dikibulin? Sertifikat itu dulu prosesnya lama, panjang dan sedikit. Sekarang proses cepat dan banyak. Salahnya di mana? Jadi asbun aja. Jadi nggak boleh kita asal ngomong apalagi senior-senior. Dia kan 70 berapa tahun, saya kan 71 tahun juga.

Jangan asal kritik saja. Saya tahu track recordmu kok. Kalau kau merasa paling bersih kau boleh ngomong. Dosamu banyak juga kok, ya sudah diam saja lah. Tapi jangan main-main, kalau main-main kita bisa cari dosamu kok. Emang kau siapa?" Itulah pernyataan Luhut Binsar Panjaitan ujar Luhut Senin kemarin. [4]

Nah, jika sudah seperti ini, situasi politik jadi sedikit panas. Meski begitu, saya kurang sependapat jika para senior dan sesepuh itu hanya sekedar saling gertak dan akan membuka kartu lawan kalau yang lain tidak juga bisa menjaga ucapan dan mulutnya. Karena Amien Rais itu sudah sering mengeluarkan pernyataan yang bisa dinilai cenderung menghasut dan fitnah seperti itu, sudah waktunya pendekatan hukumlah yang dipakai. 

Usia tua normalnya memang diikuti oleh perubahan perilaku dan pernyataan yang lebih bijak. Namun, jujur saja, hal itu memang tidak ditunjukkan oleh Amien Rais. Jika menoleh ke belakang saat Pilkada DKI Jakarta lalu, dengan pernyataannya yang begitu kasar dan keras, tampak belum berubah. Apakah ini memang sebuah ciri perilaku politik yang konsisten?

Entahlah. Terkadang sebagai rakyat kecil, saya lebih setuju dengan cara ruwatan yang dilakukan Pametri Yogyakarta 16 Oktober 2014 lalu. Namun, iklim zaman now mungkin sudah banyak mengalami anomali dan degradasi batin. Jadi, tampaknya untuk kasus Amien Rais ini mungkin yang tepat adalah pendekatan hukum positif. Mungkin, siapa tahu, Amien juga ingin merasakan perjuangan model Nelson Mandela.

Usia tua memang terkadang mendatangkan keinginan yang tidak lumrah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun