Mohon tunggu...
mohammad mustain
mohammad mustain Mohon Tunggu... penulis bebas -

Memotret dan menulis itu panggilan hati. Kalau tak ada panggilan, ya melihat dan membaca saja.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Memahami Deklarasi Perang SBY

9 Februari 2018   06:47 Diperbarui: 9 Februari 2018   15:18 2125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"This is my war, perang untuk keadilan". Sebuah diksi yang bagus, yang bisa membangkitkan semangat dan membuat gentar lawan yang diajak perang.  Kalimat itu bukan diucapkan pejuang Palestina, bukan pula pihak yang berperang di Suriah, Yaman, Afghanistan, atau orang Rohingya yang teraniaya. Kalimat itu terucap dari seorang jenderal tua, seorang mantan presiden yang kini jadi ketua umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono.

Lho, memangnya keadaan di tanah air begitu genting sehingga seorang SBY harus mendeklarasikan perang? Kalau yang mengucapkan kalimat itu orang biasa atau orang yang sedikit tidak biasa sih masih bisa dipahami sebagai hal yang tidak luar biasa. Ini SBY, lho, seorang jenderal dan mantan presiden, mendeklarasikan perang. Itu jelas sangat luar biasa.

Namun, entah mengapa ketika tahu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berucap "this is may war" saya kok langsung yakin bahwa SBY tidak ingin perang. Saya tahu dia itu jenderal purnawirawan, mantan presiden, dan punya pengikut banyak. Apalagi dia itu ketua umum Partai Demokrat dengan banyak anggota yang bisa saja sangat loyal ketika Pak Jenderal SBY ngajak perang. 

Saya yakin sekali SBY tidak ingin perang walaupun dia berucap "this is my war". Bukankah ada kalimat lanjutannya yaitu perang untuk keadilan. Ya, mungkin dia mengucapkan kalimat itu karena dia merasa didzolimi, dituduh, difitnah sebagai orang yang berada di balik kasus korupsi E-KTP. Jadi mungkin karena SBY ini seorang jenderal yang terbiasa dengan perang, yang muncul ya kalimat "this is my war".

Ingat SBY ini lulusan terbaik pendidikan kemiliteran di dalam dan luar negeri, lho. Makanya yang diucapkan itu bahasa Inggris, bahasa internasional, bukan bahasa Indonesia. Nah, nalurinya sebagai militer itu yang membuatnya berucap seperti itu. Tetapi saya sangat yakin SBY tidak ingin perang.

Ingat, ketika menjabat presiden, SBY aktif menciptakan perdamaian dunia. Pasukan militer kita cukup disegani dan dihormati di luar negeri. Bahkan sempat muncul rumor SBY akan menjabat di PBB. Itu menunjukkan SBY cinta perdamaian dan tentu saja tidak suka perang. Apalagi perang  di dalam negeri, melawan pengacara pula. Tidak mungkin itu. Tidak nalar.

Oleh karena itulah, ada kemungkinan SBY terlalu tegang, terlalu emosi, terlalu panik, terlalu sensitif karena namanya disebut di persidangan kasus korupsi E-KTP. Yang menyebut Mirwan Amir mantan kader Partai Demokrat  pula, yang menanyainya Firman Wijaya pengacara yang dulu membela mantan ketua umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum pula. Jadi mereka ini kan mantan anak buah. Lha kok berani-beraninya menyebut namanya.

Tak hanya itu, Setya Novanto kok ya ikut "memperlihatkan" nama Ibas putra SBY dalam buku hitamnya. Itu tindakan yang tak elok, tak tahu balas budi. Setnov dinilainya telah berlaku "air susu dibalas air tuba".   

Itulah mungkin yang membuat SBY mengeluarkan kalimat keramat "this is my war". Saya nilai kalimat ini keramat karena yang mengucapkan seorang jenderal, mantan presiden, ketua umum partai yang tentu bisa berdampak luas. Tetapi kekeramatan kalimat itu mungkin pula telah mengalami desakralisasi karena SBY telah beberapa kali curhat dengan nuansa dan isi curhat yang hampir senada.

Jadi masih perlukah kita menyoroti kalimat "this is my war" yang diucapkan SBY? Dan apakah SBY perlu meralat kalimatnya itu misalnya dengan kalimat "ini upaya saya menegakkan keadilan di republik ini"? Ah...jawabannya jelas tak perlu, itu lebay. Biar saja semua itu terjadi, saya kira rakyat sudah paham kok, SBY tidak ingin perang.

Yang justru menarik adalah niat SBY untuk menegakkan keadilan dengan melaporkan Firman Wijaya, pengacara Mirwan Amir, ke polisi karena dinilainya telah memfitnah dan mencemarkan nama baiknya. Niat menegakkan keadilan ini sangat menarik dibicarakan karena SBY hendak berkontribusi dalam penegakan keadilan. Tentu saja, SBY pasti telah ikhlas berlaku adil agar proses hukum penegakan keadilan berjalan fair.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun