Mohon tunggu...
mohammad mustain
mohammad mustain Mohon Tunggu... penulis bebas -

Memotret dan menulis itu panggilan hati. Kalau tak ada panggilan, ya melihat dan membaca saja.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

TGPF Novel dan Meme Setnov

4 November 2017   09:32 Diperbarui: 4 November 2017   09:52 3162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
karikatur poskotanews.com

Saya bertanya-tanya atas sigapnya aparat kepolisian, malam-malam menangkap Dyan warga Tangerang karena mengunggah meme yang dinilai menghina Setya Novanto ketua DPR yang terseret kasus E-KTP itu. Namun, saya prihatiiiinnn....kasus penyerangan terhadap penyidik KPK Novel Baswedan kok penanganannya seperti macet dan tak ada kelanjutannya.

Sebenarnya, saya ingin mengutarakan rasa bertanya-tanya dan rasa prihatiiiiiinnn itu dalam bentuk meme yang lucu, satir, menggemaskan, memprihatinkan, membuat ngakak, dan menyentuh nurani. Namun  saya bukan ahli pembuat meme, jadi keinginan saya tinggal hanya keinginan. 

(Jangan bilang-bilang ya, saya sebenarnya juga takut ditangkap malam-malam seperti Dyan. Itu jelas akan membuat shock keluarga, tetangga, dan handai taulan. Yang tak paham bisa menganggap saya teroris....#teroris meme)

Karena itulah saya memilih jalan setia ini, menulis di blog Kompasiana. Saya yakin, tak ada efek domino meme Setya Novanto itu di blog keroyokan ini. Sebagai warga negara, saya punya hak menilai para pemimpin dan kinerja mereka. Sebagai warga negara, saya punya hak mengutarakan penilaian itu untuk kemaslahatan bersama. Saya tidak "misuhi" mereka misalnya dengan kata "dancuk koen". Saya hanya menilai, masak dilarang, masak itu kejahatan luar biasa.

Oleh karena itu, sebenarnya apa yang saya lakukan ini dengan membuat artikel opini, menilai, dan menanggapi sepak terjang para pemimpin dan kineja mereka, ya bolehlah dianggap senafas dengan pembuat meme itu. Terus terang saya lebih bersahabat dengan karikatur daripada meme, walau mereka bersaudara. Jadi bisa dibayangkan jika membuat karikatur dan meme dianggap kejahatan luar biasa dan harus ditangkap malam-malam 

Artinya, nasib pembuat karikatur, meme, dan juga penulis opini di blog seperti saya juga sewaktu-waktu bisa bernasib sama dengan Dyan. Kalau begitu, supaya tidak timbul korban lebih banyak, bagaimana kalau menulis opini yang menilai publik figur, pejabat, kinerja pemerintah dilarang saja? Pembuatan karikatur dan meme juga diharamkan karena bisa menyinggung perasan, membuat malu, tersipu-sipu, dan membangkitkan kemarahan si anu.

Kan enak seperti itu. Dunia medsos jadi adem tentrem dan hanya berisi gambar yang indah, elok, dan permai. Isinya hanya kalimat cinta, sayang, dan pujian. Para koruptor, publik figur, dan pejabat bisa tenang bekerja. Adem tentrem. Tidak perlu lagi dibentuk Densus Antimeme yang memboroskan APBN.

Jika seperti itu yang diinginkan, mari kita amandemen lagi UUD '45 Pasal 28 dan UU turunannya. Beres. Jangan lupa setelah tercapai, tetapkan tamggalnya sebagai "Hari Kesaktian Meme" untuk mengenang pengorbanannya demi terciptanya masyarakat yang adem tentrem.

Kembali ke persoalan penanganan kasus meme Setya Novanto yang terkesan garang, cepat, berdaya guna, dan penanganan kasus penyerangan penyidik KPK Novel Baswedan yang tak kunjung jelas. Kedua kasus ini saya sandingkan karena keduanya ditangani kepolisian. Kedua kasus ini juga punya sangkut paut yaitu di KPK. 

Meme Setnov muncul terkait kasus korupsi yang ditangani KPK; Novel Baswedan disiram air keras adalah penyidik di KPK. Namun, bukan maksud saya untuk menyatakan bahwa penyerangan Novel terkait penanganan kasus Setya Novanto. Itu terlalu jauh, itu domain kepolisian. Dan, yang pasti hingga kini belum ada informasi jelas soal kasus penyerangan Novel ini.

Cepatnya penanganan kasus pengunggahan meme Setya Novanto, yang berbanding terbalik dengan penanganan kasus penyerangan Novel Baswedan, itulah yang bisa menimbulkan pertanyaan dan kecurigaan. Pertanyaannya, "polisi ini sebenarnya memihak siapa, koruptor atau yang melawan koruptor?" Kecurigaannya, polisi tidak mendukung kinerja KPK dan cenderung memusuhinya, apa pun alasannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun