Anies-Sandi tidak hadir di acara debat di Kompas TV itu memang bisa disebut sebuah anomali. Umumnya, pasangan calon gubernur dan wakilnya itu kan memerlukan forum semacam itu untuk mengerek elektabilitas mereka, untuk meyakinkan calon pemilih bahwa mereka layak jadi gubernur dan wakilnya.
Jadi, ketika mereka tidak datang, wajar dinilai sebagai anomali. Tentu ada alasan yang rasional mengapa mereka tidak datang. Terlebih lagi, ketika Prabowo Subianto ketua umum Partai Gerindra yang mengusung pasangan calon gubernur dan wakilnya itu justru disebut mendukung acara debat di Kompas TV itu.
Bisa jadi, ketidakhadiran mereka itu karena Anies-Sandi memandang forum debat itu tidak menguntungkan buat mereka. Karena tidak menguntungkan jadi wajar kalau mereka tidak hadir. Tentu hitung-hitungan untung rugi ini melibatkan orang yang dianggap ahli dan dekat Anies sehingga bisa mempengaruhi keputusan hadir tidaknya Anies-Sandi.
Mengapa acara debat itu dinilai tidak menguntungkan? Mungkin pengalaman sudah membuktikan bahwa Anies-Sandi memang tidak bisa memperoleh keuntungan dari acara debat, dan justru mengalami kerugian. Kalau mereka bisa memperoleh keuntungan dari acara debat, tentu mereka dengan penuh semangat akan datang.
Itu logika sederhana. Kalau ada even yang bisa mengerek elektabilitas pasangan calon gubernur dan wakilnya, gratis dan tidak bayar, pastilah pasangan calon akan memanfaatkan even itu sebaik-baiknya. Bukankah biaya kampanye digelontorkan untuk tujuan itu, menaikkan elektabilitas dan meraih simpati dan dukungan massa pemilih sebanyak-banyaknya.
Terlebih lagi, konon Sandiaga harus menanggung 90 persen lebih biaya kampanye Anies-Sandi yang sudah bermiliar-miliar itu itu . Tentu itu hal yang berat. Dan ketika ada forum untuk tampil di acara yang dilihat berjuta pasang mata dengan tanpa biaya, seharusnya kan disambut dengan riang gembira.
Jadi kalau ada even semacam itu, kemudian ada pasangan calon yang tidak mau datang, bisa dianggap sebuah anomali atau penyimpangan dari logika umum. Penyebab penyimpangan itu bisa jadi ya karena pasangan calon gubernur dan wakilnya itu tidak bisa memanfaatkan even itu untuk menaikkan elektabilitasnya, menarik dukungan massa pemilih lewat penampilannya di debat itu
Pertanyaan berikutnya, mengapa mereka tidak bisa memperoleh keuntungan dari acara debat itu yang bisa menaikkan elektabilitasnya? Sangat mungkin hal itu disebabkan ketidakmampuan pasangan calon gubernur dan wakilnya itu. Mengapa mereka tidak mampu? Sangat mungkin hal itu karena mereka tidak punya program yang jelas sehingga tidak percaya diri, ada kasus yang membelit dan takut diungkap di acara debat, ada hal-hal khusus yang dikhawatirkan dibuka oleh lawan debatnya.
Nah, dengan hitungan semacam itu, wajar Anies-Sandi tidak mau datang ke acara debat di Kompas TV yang dipandu Rosiana Silalahi itu. Mereka tidak datang karena merasa tidak bisa meraih keuntungan dari acara itu. Jadi, dibungkus alasan apa pun, inilah sebenarnya alasan pokok ketidakhadiran mereka. Mereka tidak mampu berdebat yang hasilnya bisa mengerek elektabilitasnya.
Boleh saja para pendukung Anies-Sandi menyebut jagoan mereka tampil sebagai juara saat tampil di acara debat di Metro TV yang dipandu Najwa Shihab. Sebagai juara, tentunya mereka akan meraih keuntungan dengan tingkat elektabilitas yang meningkat. Namun, banyak penilaian yang menyebut Anies tampil merusak dirinya sendiri akibat nafsunya yang menggebu menyudutkan Ahok dan bukannya menjelaskan programnya secara apik.
Ketidakhadiran Anies-Sandi di acara debat Kompas TV yang dipandu Rossi, menguatkan penilaian itu, bahwa Anies-Sandi tidak mampu tampil di acara semacam itu yang justru bisa merugikan mereka. Karena itulah, jalan terbaik adalah tidak hadir, meski untuk itu harus dibungkus dengan beragam alasan yang menyalahkan Kompas TV, misalnya.
Namun, ada hal lain yang seharusnya juga jadi perhitungan ketika memutuskan tidak datang ke acara debat itu. Masyarakat Jakarta tentunya kritis dan pandai dalam menilai calon pemimpin pelayan mereka. Ketidakhadiran Anies-Sandi yang dibalut beragam alasan itu, bisa menciderai perasaan mereka. Hal itu tentu akan sangat berpengaruh pada pilihan mereka di TPS nanti. Mereka perlu pemimpin yang berani, jujur, amanah, adil, dan peka atas perasaan warganya, bukan pemimpin yang pandai ngeles.
Ada kasak-kusuk yang menyebut Sandiaga Uno sempat tersinggung karena merasa tidak dilibatkan sama sekali untuk acara Mata Najwa. Konon, alasan ia tidak diajak dalam acara Mata Najwa karena dianggap tidak bisa tampil maksimal dan suka bikin “blunder” dalam debat yang bisa mengancam elektabilitas Anies Sandi.
Nah, untuk acara di Kompas TV Sandiaga disebut akan datang. Tetapi Eep Saefulloh dari PKS disebut berusaha agar Anies Sandi tetap tidak datang dengan mengajukan usul ke pihak Kompas TV agar mengubah format acara, dari debat ke talkshow bincang-bincang dan memindah tempat debat dari Ballroom Djakarta Theatre ke Studio Kompas TV. Sebuah usulan yang langsung ditolak. Namanya kasak-kusuk ya bisa benar bisa pula tidak benar.
Kini, nasi sudah jadi bubur. Jangan salahkan pula kalau kasak-kusuk seputar masalah ini makin liar saja beredar di medsos. Itu sebuah konsekuensi yang harus ditanggung Anies-Sandi. Bahkan, ada yang menyebut, beberapa hari sebelum acara itu Prabowo marah besar kepada Eep Saefulloh Fatah dan Mardani Ali Sera dari PKS yang dinilai meminta Anies untuk tidak hadir.
Rossiana Silalahi saat membuka acara itu, walaupun hanya dihadiri paslon Basuki-Djarot, memang sempat mengucapkan terima kasihnya kepada Prabowo Subianto yang disebutnya mendukung acara itu. Aneh memang, kalau Prabowo mendukung acara debat, kok jagoannya malah memilih tidak hadir. Terasa ada sesuatu yang salah di sana.
Jadi, Anies-Sandi memang jago....
Salam-salaman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H