Sadar atau tidak, Islam telah diberi wajah baru oleh Riziek Shihab dan pengikutnya sejak gerakan mereka bergulir paska reformasi di Indonesia. Sekilas wajah baru itu tampak tidak menimbulkan masalah yang terkait aqidah dan syariah. Tetapi, kalau dicermati lebih dalam akan tampak banyak pertentangan dengan Islam yang kita kenal sebelumnya, yang teduh, damai, toleran, membawa keselamatan dan rahmatal lil alamin.
Ajaran Islam sebagaimana dicontohkan Rasulullah Muhammad SAW sebagaimana diajarkan para alim, ulama, para wali memang seperti itu: teduh, damai, toleran, membawa keselamatan dan rahmatal lil alamin. Ini periode panjang yang telah dijalani umat Islam di Indonesia. Ada kesepahaman di antara anak bangsa bahwa Islam seperti itulah Islam yang diajarkan Rasullah Muhammad yang tak menghilangkan jati diri bangsa Indonesia dengan adat istiadat, budaya, dan kearifan lokalnya.Â
Orang Islam Indonesia, lelakinya suka bersarung dan berpeci hitam, tetapi banyak juga yang suka bersarung dan mengenakan blangkon, iket, dan penutup kepala lain. Ada juga yang suka bercelana, mengenakan beskap Jawa, baju koko, atau kemeja biasa. Tapi, kalau ada yang suka berdaster dan mengenakan sorban putih juga tak mengapa. Itulah wajah Indonesia yang beraneka.
Wanitanya juga begitu, ada yang berjarit dan berkebaya dengan kerudung di kepala. Ada juga yang berjarit dan berkebaya, tetapi cukup bersanggul saja dengan selendang di dada. Tetapi banyak juga yang kini berdaster, bercelana, dengan jilbab di kepala. Atau, banyak pula yang tampik dengan rok, celana, kemeja, kaos tanpa penutup kepala. Itulah wajah-wajah mereka, di kota atau desa, miskin atau kaya.
Adat istiadat dan budaya orang Islam Indonesia itu juga beraneka, selaras dengan banyaknya suku bangsa yang ada. Nilai Islam melebur mewarnai adat istiadat dan budaya itu. Jadi, Islam tetap eksis dalam ke-Indonesia-an tanpa perlu terasing seperti musyafir dari padang pasir yang tersesat di pertunjukan ludruk, tari remo, ketoprak, wayang kulit, dan lantas berteriak "jahiliah, bid'ah, kafir-kafir" karena bingung.
Islam di Indonesia juga sudah berabad-abad berpengalaman menjalin hubungan silaturahmi dan kemamusiaan dengan umat di luar Islam. Saling berbuat kebaikan, bekerja sama, tolong menolong, menghargai satu sama lain, saling kunjung mengunjungi, berbagi makanan, dan kebaikan lain itu sudah bukan perkara baru. Islam sendiri bisa disebut sebagai agama pendatang, sebelumnya sudah ada agama pribumi, juga Hindu dan Budha, juga kemudian agama Kristen.
Sifat gotong royong sudah jadi ciri khas bangsa ini, yang begitu beragam suku, bahasa, adat istiadat, dan budayanya. Sifat itu selaras dengan ajaran Rasullah Muhammad dalam meletakkan pondasi awal kehidupan umat Islam saat di Madinah. Piagam Madinah, sikap beliau terhadap pemeluk agama lain, keadilan dalam memutus perkara walau melibatkan pemeluk agama lain, sikap welas asih, perkataan yang menyejukkan hati dan tidak menyakiti orang lain, itulah yang diterapkan muslim Indonesia selama berabad-abad.
Tetapi, Islam yang seperti ini kini seperti hendak ditutupi dengan perilaku Islam model baru yang diperlihatkan Riziek Shihab, FPI, dan yang sejenis dengan mereka. Menjadi aneh karena meski jelas wajah Islam model baru itu bertolak belakang dengan Islam yang ada, tak ada lembaga yang berani menggolongkan mereka sebagai kelompok sesat. Padahal jelas sekali, perilaku mereka bertentangan dengan ajaran Rasulullah Muhammad SAW.
Ada beberapa ciri Islam model baru yang pernah ditampilkan oleh Riziek Shihab dan kelompoknya, di antaranya:Â
1. mengkafirkan umat di luar kelompoknya;
2. mengumbar caci maki dan kemarahan;
3. melakukan kekerasan dan penganiayaan;
4. melontarkan pernyataan tak berdasar atau fitnah;
5. mengabaikan hukum positif negara;
6. bersikap mau menang sendiri dan menimbulkan permusuhan;
7. merongrong kewibawaan aparat dan negara;
8. melecehkan simbol-simbol negara;
9. memanfaatkan ritual ibadah untuk kepentingan kelompoknya dan menghujat kelompok lain;
10. sholat di jalan umum;
11. sering show of force (demo);
12. mengungkapkan rasa permusuhan dan pelecehan terhadap umat lain secara terbuka.
Kalau kita kaji secara mendalam beberapa ciri gerakan Islam model baru yang ditampilkan oleh Riziek Shihab, FPI, dan kelompok sejenis, jelas sekali bertentangan dengan apa yang diajarkan Rasullah Muhammad SAW, khususnya yang menyangkut muammalah atau hubungan sesama manusia. Jadi wajar juga jika ada yang menilai apa yang dilakukan oleh Riziek dan kelompoknya itu bertentangan dengan ajaran Rasulullah Muhammad SAW.
Pertanyaannya, kalau Riziek dan kelompoknya sudah mengabaikan ajaran Rasulullah Muhammad SAW, lantas siapa pula rasul yang mereka anut. Inilah dasar dari penilaian pihak di luar Riziek yang melihat perilaku Riziek dan lelompoknya sudah melampui batas: menyebut diri pembela Islam, menyebut imam besar umat Islam, tetapi perilakunya tak mencerminkan nilai Islam. Â
Memang ada yang membela Riziek dan kelompoknya itu dengan menyebut mereka menghormati tradisi maulid, ziarah kubur, shalawatan, tahlilan, dan menghormati wali-wali. Tetapi, sayangnya pembelaan itu tidak didukung dengan perilaku mereka di lapangan. Bahkan bisa disebut, tindakan mereka telah meneror kehidupan berbangsa dan bernegara kita.
Jadi, apakah benar Riziek telah melahirkan Islam model baru yang bertentangan dengan nilai Islam yang diajarkan Rasulullah Muhammad SAW? Biar para alim, ulama, pewaris para nabi, yang mengkaji dan memberikan penilaiannya. Kita para awam hanya bisa menunggu dan bertanya-tanya.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H