Mohon tunggu...
mohammad mustain
mohammad mustain Mohon Tunggu... penulis bebas -

Memotret dan menulis itu panggilan hati. Kalau tak ada panggilan, ya melihat dan membaca saja.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Sholat Berjamaah untuk Apa? Revolusi?

13 Desember 2016   04:51 Diperbarui: 13 Desember 2016   08:35 3648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: news okezone, suara islam, rmol.co

Pernyataan Riziek itu, juga bisa ditafsirkan sebagai cantolan untuk gerakan lain jika massa pendukung gerakan ini semakin besar. Ini sudah terbukti gerakan awal yang mengusung tema proses hukum Ahok dan jangan ada intervensi, sudah dijawab dengan proses hukum yang transparan dan Ahok jadi tersangka. Namun tuntutan berubah jadi Ahok harus dipenjara, dan aksi lebih besar tetap digalang dan dilakukan. 

Kini dengan mengusung tuntutan penjarakan Ahok dan nyatakan Ahok bersalah, pasti akan ada gerakan lanjutan. Sebagaimana diungkap Kapolri Tito Karnavian saat rapat dengar pendapat dengan DPR pekan lalu, potensi aksi massa semacam itu ada. Pertanyaannya kemudian apakah aksi sholat Subuh berjamaah itu masih dalam kaitan itu atau ada tujuan lain yang lebih besar, yaitu (meminjam istilah Riziek) mengadakan revolusi di Indonesia.

Jika aksi sholat Subuh berjamaah ditujukan untuk mendukung aksi 212, maka langkah itu bisa dianggap sebagai pemanasan dan penggalangan aksi yang lebih besar saat persidangan atau vonis Ahok nanti. Saat persidangan bisa jadi aksi dilakukan untuk menekan majelis hakim agar bertindak sesuai kemauan mereka. Itu sudah mereka tunjukkan saat proses penetapan tersangka Ahok.

Jika Ahok dinyatakan tidak bersalah oleh pengadilan, maka aksi besar kemungkinan akan mereka gelar seperti ancaman Riziek. Untuk itu diperlukan penggalangan massa secara berkelanjutan paska aksi 212, di antaranya lewat aksi Subuh berjamaah 1212 itu. Dan, sangat mungkin setelah aksi Subuh berjamaah 1212, akan muncul gerakan Dhuhur berjamaah, Asyar berjamaah atau yang lain, yang tujuannya untuk memelihara momentum semangat "bela Islam" untuk membuat Ahok dipenjara. 

Permasalahannya adalah jika Ahok ternyata tidak dipenjara dan dinyatakan tidak bersalah karena fakta yang ada memang tidak menunjukkan adanya niat atau perbuatan penistaan agama seperti yang dituduhkan itu. Apakah revolusi yang diancamkan Riziek itu murni karena kasus Ahok atau karena sedari awal memang sudah ada niat itu dan memakai kasus Ahok sebagai batu pijakan.

Melihat sifat dan gerakan dan aksi yang dimotori GNPF MUI sebelumnya, yang ternyata sarat kepentingan politik dan penumpang dengan berbagai agendanya, terlalu naif jika memandang gerakan itu murni karena faktor Ahok semata. Terlibatnya massa HTI, FUI, FPI, IM, dan kelompok lain dengan latar belakang politik, menjadikan gerakan ini tak bisa dipandang murni karena kasus Ahok.

Dengan dasar pemikiran itu, ancaman revolusi jika Ahok bebas itu sebenarnya hanyalah cantolan untuk menutupi keinginan dan niat revolusi yang sebenarnya, yang memang mereka kehendaki dan kini mendapat momentum tepat dengan adanya kasus Ahok. Karena itu, membiarkan Rizik Cs untuk terus menggalang dukungan dengan cantolan semangat "bela Islam", dengan menggalang dukungan di berbagai daerah di Indonesia dengan aksi semacam Subuh berjamaah 1212 (yang dipersiapkan untuk revolusi ala Riziek Cs) adalah tidak bijaksana.

Memang secara hukum orang beribadah itu tak boleh dilarang. Wong ibadah kok dilarang atau dibubarkan, itu melanggar HAM (seperti kelakuan PAS terhadap jamaah KKR Natal di Sabuga itu melanggar HAM dan pelakunya harus dihukum). Bukan ibadahnya yang dipermasalahkan atau dilarang, tetapi muatan politik dalam ibadah itu yang harus diluruskan sehingga tidak membahayakan NKRI. 

Kalau Riziek menghasut dan terus menggelorakan ajakan dan ancaman revolusi, ya harus ditahan dan dipenjara.

Salam, damai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun