Di sinilah posisi strategis Pilkada yang akan digelar serentak pada 2017. Jika ajang pilkada itu bisa menghasilkan pemimpin yang berani berperang melawan korupsi, maka harapan adanya pemerintahan yang bersih, bebas korupsi, transparan, dan pro kesejahteraan rakyat makin bisa terwujud.Â
Yang diperlukan adalah pemimpin yang berani berperang melawan korupsi, bukan pemimpin yang hanya bicara "katakan tidak pada korupsi" tetapi akhirnya malah korupsi dan masuk penjara. Di sinilah peran masyarakat sangat diperlukan. Pilihlah pemimpin yang punya rekam jejak baik, jangan yang hanya bagi-bagi uang atau menjanjikan bagi-bagi uang ketika terpilih nanti.
Ketika uang sudah dibagi-bagikan di situlah pintu korupsi terbuka. Apa yang bisa diharapkan dari pemimpin yang hanya bisa bagi-bagi uang. Yang bisa diharapkan adalah pemimpin yang bisa mensejahterakan rakyat dengan program nyata, mencegah korupsi sehingga anggaran tepat sasaran dan pembangunan bisa dinikmati rakyat.Â
Kembali ke perang melawan koruptor si penista agama. Gerakan ini memang penuh kesulitan dan perlawanan. Tetapi, bangsa ini tentunya tak boleh menyerah pada koruptor yang makin pandai bermain isu dan menunggangi pergerakan rakyat. Mereka tetap harus dilawan apa pun taruhannya, jika tidak ingin negeri ini terpuruk dan jadi hinaan bangsa lain karena dipenuhi para maling berdasi.
Salam, damai.
Bacaan pendukung:
http://www.nu.or.id/post/read/73327/ketua-kpk-korupsi-bagian-dari-penistaan-agama
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H