Sudah berabad-abad umat Islam Indonesia menjalani dan mengamalkan ajaran Islam yang Rahmataal lil Alamin sebagaimana pengajaran para Wali Allah, para alim, para bijak yang hingga kini jadi dasar pengajaran di sebagian besar pesantren dan lembaga pendidikan Islam lain. Karena itu menjadi aneh jika semua itu hendak ditanggalkan hanya karena kasus dugaan penistaan agama yang masih dalam proses hukum untuk membuktikan kebenarannya.
Kembali ke penegasan Presiden Jokowi bahwa tidak ada demo pada 2 Desember besok dan hanya acara doa di pelataran Monas. Penegasan ini bisa dinilai sebagai jawaban atas pihak yang menginginkan ada demo besar 2 Desember besok. Tentu saja alasan keinginan ada demo besar itu tak perlu dijabarkan lagi. Bahasa kerennya itu "ada yang ingin memancing di comberan." Comberan itu kan air kotor, butek, keruh.Â
Nah, diakui atau tidak ada yang berlaku seperti itu. Suasana kondusif yang diupayakan Presiden Jokowi dengan silaturrahmi politik dan safari militer, hendak dimentahkan oleh pihak ini. Pendekatan Kapolri Jenderal Tito Karnavian dan jajarannya ke para alim ulama dan pesantren juga hendak dimentahkan. Pendekatan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo ke kalangan PT dan masyarakat juga hendak dimentahkan.
Semua langkah pemerintah yang positif itu seolah dianggap tidak ada, sia-sia karena rakyat katanya sudah tidak percaya lagi. Wuiikk...sampai sebegitunya penilaiannya. Jadi pokoknya pemerintahan Jokowi itu salah tok. Mungkin  baru disebut benar ketika Basuki Tjahaja Purnama dipenjara, dihukum berat sehingga tidak bisa ikut atau kalah di Pilgub DKI Jakarta sehingga jagoannya menang. Weleh...weleh...weleh (jadi ingat nyanyian Si Komo Lewat...hehehe). Eh, kok ngelantur.Â
Jadi, 2 Desember besok GNPF MUI yang dipandegani Riziek dan para sohibnya itu sudah  tidak demo lagi. Oleh karena itu, sebaiknya acara berdoanya tepat jumlah, tepat sasaran, tepat doa, tepat waktu dan membawa berkah. Jadi berdoalah dengan sebaik-baik doa untuk keselamatan dan kebaikan negeri kita NKRI yang berdasar Pancasila, UUD '45, dan Bhineka Tunggal Ika.Â
Untuk berdoa dan beristighosah juga tidak lerlu berbondong-bondong datang ke Jakarta. Adakanlah istighosah, sesuai anjuran panglima TNI, Â di surau, masjid, atau tempat lain di daerah sendiri. Doa yang maqbul dan mustajab itu yang utama berada di hati manusia. Sampai saat ini juga tidak ada fatwa atau anjuran para alim ulama yang berbunyi "Berdoalah di Monas karena tempat itu Mustajab".
Akhirnya, berdoalah yang baik. Jangan mendoakan orang lain celaka atau mati, karena itu pekerjaan tukang santet dan tukang sihir. Jangan pula berdoa dengan kalimat yang menjelekkan atau menyerang pihak lain yang berbeda pilihan politik dan kepentingannya. Allah jangani engkau provokasi dengan doamu. Itu tak etis atawa kurang ajar.
Salam-salaman, semoga negeri kita damai, sehahtera, dan sentosa.
Bacaan pendukung:
http://nasional.kompas.com/read/2016/11/29/21410641/soal.aksi.2.desember.ini.pesan.panglima.tni.