Oleh karena itu, jika acara 2 Desember besok adalah acara super damai yaitu memanjatkan doa kepada Allah, Penguasa Semesta Alam, untuk mendoakan keselamatan bangsa dan negara, mendoakan kebaikan bangsa dan negara, tentu pemikiran tadi berlaku. Orang berdoa itu juga niatnya harus baik dan doanya juga baik. Ingat Allah itu tahu apa pun di hati manusia karena Allah itu penguasanya. Â
Doa yang baik tentumya tidak mendoakan manusia lain celaka. Misalnya minta supaya si Fulan mati saja atau celaka. Kalau itu sih biasanya dilakukan oleh tukang santet dan sejenisnya. Nah, yang pasti peserta acara doa 2 Desember nanti bukanlah para tukang santet dan sejenisnya yang berdoa untuk mencelakai orang lain. Seorang muslim dan mukmin pasti paham ini.
Doa yang baik tentunya juga didasari niat ikhlas kepada Allah, dengan kalimat yang baik, suara yang lembut, dan tidak perlu berteriak-teriak karena Allah itu Maha Mendengar. Jangan perlakukan Allah dengan doa yang menyalahi sifat-sifat-Nya, misalnya dengan berdoa keras-keras melalui TOA atau pengeras suara. Ingat ini berdoa bukan berkampanye.
Doa yang baik jelas juga bukan berisi kalimat hujatan kepada pihak lain atau kelompok politik lain. Itu namamya orasi politik, bukan berdoa. Pelaku doa semacam ini sadar atau tidak telah melecehkan Allah. Dipikir Allah tidak tahu apa yang jadi maksud dan tujuan si pendoa. Ada juga lho yang berdoa semacam ini, nama Allah kok diseru untuk menjelekkan dan menyerang pihak lain.
Nah, kembali ke judul tulisan ini, "Presiden Jokowi: Tidak Ada Demo 2 Desember". Pernyataan presiden itu merupakan penegasan bahwa pada 2 Desember besok tidak ada demonstrasi lagi. Sesuai kesepakatan yang telah dicapai dalam pertemuan antara Kapolri Jenderal Tito Karnavian, MUI, dan GNPF MUI, acara demo dan sholat Jumat di Bundaran HI, di Jl MH Thamrin dan Jl P. Sudirman dibatalkan.
Acaranya diganti dengan dzikir, istighosah, dan Sholat Jumat yang dilaksanakan di pelataran Monas. Dilakukan mulai pukul 08.00 dan selesai pukul. 13.00. Seusai acara, peserta doa langsung pulang. Jadi tidak ada demo-demoan lagi. Jika ada kelompok lain di luar Monas, itu di luar tanggung jawab GNPF MUI dan Polri serta aparat keamanan lain berhak menindaknya.
Penegasan presiden itu memang tepat agar tidak ada lagi pemberitaan atau isu bahwa ada demo besar pada 2 Desember besok. Dengan demikian masyarakat tak perlu terganggu atau khawatir dengan berita adanya demo itu. Lebih dari itu, pernyataan presiden itu merupakan penegasan bahwa pemerintah tegas akan mengawal dan menjaga aksi doa 2 Desember besok agar tidak melenceng dari tujuan.
Selaras dengan presiden, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menyatakan aksi demo paska demo 411 lalu sudah tidak tepat dilkukan lagi. Sebabnya tuntuntan para pendemo 411 agar Basuki Tjahaja Purnama diproses sesuai hukum sudah dipenuhi, (bahkan meski tanpa ada demo 411 itu sendiri). Basuki Tjahaja Purnama sudah diproses secara hukum, ditetapkan sebagai tersangka, dan kini berkasnya sudah diserahkan ke Kejaksaan Agung.
Karena itu, panglima TNI meminta masyarakat tidak perlu lagi datang ke Jakarta untuk mengikuti acara itu. Dia menyarankan agar pada 2 Desember besok masyarakat mengadakan istighosah dan berdoa di daerah masing-masing. Anjuran panglima TNI Itu saya nilai tepat karena tanpa adanya pergerakan massa yang besar ke ibu kota, suasana Indonesia tentu lebih sejuk dan damai. Bukankah itu tujuan dari acara doa itu, yaitu untuk keselamatan dan kebaikan bangsa?
Kalau berbondong-bondong ke ibu kota untuk mengikuti acara yang berlangsung antara  pukul 08.000 sampai pukul 13.00 langsung pulang, tentu juga sangat melelahkan. Terlebih lagi, apakah doa dan istighosah di surau, masjid, dan di daerah sendiri sudah tidak mustajab lagi sehingga harus berbondong-bondong ke Monas. Kok belum pernah ada pendapat atau anjuran para alim ulama, "Berdoalah di Monas agar doamu dikabulkan".Â
Jadi, marilah berdoa untuk kebaikan bangsa ini tanpa menimbulkan keburukan bagi orang atau kelompok lain. Itulah berdoa yang benar. Di sinilah anjuran Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo itu saya nilai benar dan bijaksana. Â Sebagai negara besar yang mayoritas penduduknya beragama Islam, Indonesia selama dikenal sebagi negara yang demokratis. Semangat toleransi bangsa Indonesia selama ini dikenal sangat baik.