Mohon tunggu...
mohammad mustain
mohammad mustain Mohon Tunggu... penulis bebas -

Memotret dan menulis itu panggilan hati. Kalau tak ada panggilan, ya melihat dan membaca saja.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Cyber Army Unjuk Gigi di Kompasiana

27 November 2016   15:14 Diperbarui: 27 November 2016   15:18 2662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah beberapa hari ini, Kompasiana memperoleh warga baru yang sakti-sakti. Begitu saktinya mereka sehingga langsung bisa menguasai Nilai Tertinggi. Tidak tanggung-tanggung, tiga nilai tertinggi sekaligus bisa diraih oleh tiga artikel milik akun baru Aliando Ibrahim misalnya. Jangan tanya isi dan kualitas tulisannya. Ya begitu-begitu saja.

Selain Aliando Ibrahim, ada juga nama Jose iskandar. Mereka relatif baru bergabung di Kompasiana. Aliando bergabung sejak 26 November dengan 7 artikel, sementara Jose Iskandar bergabung sejak 24 November 2016 dengan 6 artikel. Isi artikelnya, hampir semua menyerang Ahok atau Jokowi.

Mereka bisa menguasai Nilai Tertinggi Kompasiana karena mempunyai dukungan pasukan yang ngevote dan memberi komen yang diperlukan untuk masuk ke NT. Ada beberapa nama akun baru yang bergabung antara 24-26 November 2016 yang masuk pendukung mereka, yaitu  Kobe Bryan, Anto Septrian, Karabe Sinting, Riko Aprianto, Karno Saja.

Ini menarik setelah sebelumnya juga masuk akun baru yang juga sakti, yang menulis artikel dengan tema pertemuan Jokowi dan SBY.  Dan nama-nama akun baru sebelumnya itu kini juga menjadi pendukung vote dan komen untuk artikel Jose Iskandar dan Aliando Ibrahim ini. 

kompasiana.com
kompasiana.com
Sebelum Aliando Ibrahim dan Jose Iskandar ini, ada tiga akun baru atas nama Adam Pakiah, Kiki Darmawan, dan Aryo Setyo Nugroho yang juga masuk NT. Adam Pakiah bergabung di Kompasiana mulai 18 November 2016. Sebagai K'er baru, dia cukup produktif dengan judul: Demi Ahok, Jokowi jaga Konflik dengan SBY? (18 November), Ini 3 Alasan Penting Jokowi Harus Bertemu SBY (21November), SBY Bertemu Jokowi, Pembisik Presiden Ketar-Ketir (23November), Betulkah Jokowi Kucilkan SBY (23 November).

Kiki Darmawan bergabung dengan Kompasiana sejak 19 November 2016. Artikel pertamanya yang berjudul Siapa Yang Tak Inginkan Jokowi Bertemu SBY? ditayangkan dan langsung masuk NT. Aryo Setyo Nugroho juga baru bergabung mulai 19 November 2016 lalu. Artikel pertamanya, Jika Jokowi Bertemu SBY, juga langsung masuk NT.

Baik Adam Pakiah, Kiki Drmawan, maupun Aryo Setyo Nugroho juga punya pendukung vote yang berupa akun-akun baru yang bergabung di minggu ketiga Novembet 2016. Mereka adalah Reno Lawono, Kaka Saputra, Novita Windiastari, Gilang Prayitno, Ignatius Khrisnamukti, Santoso Mujaer, Christin Bagaskara, Mirale Wong, Cinta Dharma, dan ada beberapa lagi.

Kompasiana.com
Kompasiana.com
Sebelumnya, saya belum berani menyebut adanya cyber army yang secara sistematis menggarap Kompasiana, untuk mempengaruhi pola pikir dan pemahaman pembaca Kompasiana atas suatu masalah. Memang, setiap penulis di Kompasiana pastilah membawa visi dan misi dalam tulisannya, termasuk menanamkan dan mempengaruhi opini pembaca.

Jumlah pembaca Kompasiana yang besar sudah pasti akan membuat media ini dilirik pihak-pihak yang ingin memanfaatkannya, baik secara ekonomi, politik, dan yang lain. Jika tidak bisa lewat jalur admin pengelola, tentu akan ditempuh lewat cara legal dengan menggunakan  aturan main yang berlaku di Kompasiana. Intinya, dibuatlah tulisan yang bisa mempengaruhi opini pembaca Kompasiana. Suatu cara yang lazim yang biasa kita sebut dengan istilah penggiringan opini.

Seorang K'er yang punya pengikut banyak dan tulisannya banyak dibaca, tentunya punya pengaruh lebih besar dibanding K'er yang tak punya pengikut atau artikelnya hanya sedikit dilirik pembaca. Masalahnya, K'er yang punya pengikut banyak dan tulisannya dibaca banyak orang itu, tidak semua 'mata duitan' atau punya pandangan politik yang menguntungkan pihak di luar Kompasiana.

Kalau K'er itu mata duitan atau  bisa dikendalikan dengan car-cara tertentu, pihak luar tentu akan mudah dengan merekrutnya sebagai penulis bayaran yang menyebarkan opini sesuai pesanan. K'er semacam ini bisa saja sudah ada, tetapi untuk sementara tak perlu dibicarakan karena belum ada urgensinya.

Nah, ketika diperlukan suatu gerakan besar untuk menggiring opini pembaca Kompasiana sesuai kepentingan politik yang dikehendaki, sementaras SDM K'er yang bisa dikendalikan belum banyak tersedia, ditempuhlah upaya memasukkan K'er baru yang membawa misi itu. 

Mereka sah disebut sebagai cyber army, karena datangnya dalam jumlah besar, waktu kedatangan hampir bersamaan, dengan membawa misi politik sesuai doktrin yang diterima. Cara kerjanya tentu sesuai dengan aturan yang berlaku di Kompasiana sehingga Admin tidak punya alasan untuk mengganggu gugat mereka.

Kompasiana.com
Kompasiana.com
Pertanyaannya kemudian adalah mengapa Nilai tertinggi yang diserang dan diduduki? Nilai tertinggi adalah pintu masuk untuk meraih perhatian pembaca, sehingga artikel mereka dibaca banyak orang. Biasanya Nilai Tertinggi ini diraih oleh penulis yang sudah lama mapan atau kualitas tulisannya memang bagus sehingga layak divote dan dikomentari. 

Jadi selain faktor pertemanan karena sudah cukup lama jadi warga Kompasiana, NT biasa diraih oleh tulisan yang memang menarik dan layak divote dan dikomentari. Kalau bisa nongkrong di NT peluang untuk dibaca tentu lebih besar daripada artikel yang tidak masuk Pilihan atau ngumpet di rubrik dalam. Masa berlaku NT ini 8 jam sejak artikel tayang.

Setelah nangkring di NT dan dibaca banyak orang, artikel masuk ke Artikel Terpopuler, yang masa tayangnya 12 jam sejak waktu awal tayang artikel. Kalau punya bolokurowo banyak di medsos lain, bisa masuk Trend Google. Yang terakhir ini, banyak yang lucu-lucu. Ada artikel yang biasa saja tetapi karena dinilai pro lawan politik Jokowi, bisa bertahan di Trend Google sampai berminggu-minggu. Absurd.

Itulah alasan mengapa posisi NT cukup strategis untuk meraih pembaca. Sebagai pendatang baru, tentu sangat susah masuk ke sana. Terlebih lagi, jika artikelnya melawan arus dan tak bermutu. Di sinilah peran penting pasukan cyber army untuk memberi dukungan dengan vote dan komen. 

Munculnya artikel Aliando Ibrahim dengan memborong tiga NT dengan tiga artikel yang biasa saja, dalam waktu berurutan, adalah sebuah unjuk gigi tentang eksistensi mereka. Mereka telah terang-terangan memproklamirkan diri sebagai pendatang baru penguasa NT yang layak diperhitungkan.

Saya pribadi termasuk warga baru Kompasiana yang baru bergabung beberapa bulan lalu. Saya merasakan proses alami bagaimana tulisan seorang K'er bisa masuk NT, walau untuk Artikel Pilihan sampai kini tak paham apa kriteria sebenarnya karena itu hak penuh Admin. Melihat cara yang ditempuh para akun baru, hati saya kok tidak rela begitu. Benar, rasanya kok tidak rela begitu.

Menurut saya pribadi, setidaknya ada dua kemungkinan yang bisa terjadi dengan trend ini. Pertama Kompasiana makin berkurang kredibilitasnya karena admin tidak berdaya pada praktek semacam ini. Kedua, akan memunculkan geng-geng baru atau gabungan geng untuk mengendalikan kompasiana. 

Kalau sudah seperti itu, tentu akhirnya muncul pertanyaan, apakah tren ini dibiarkan saja ataukah ada sedikit perlawanan, misalnya dengan menulis artikel semacam ini.  Jawabannya akan menentukan arah Kompasiana selanjutnya.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun