Ada balon warna-warni, topeng, kapal othok-othok berputar di air dalam nampan, boneka, dan juga aneka mainan. Ada komidi putar, ada pula monyet menari dan bertingkah dengan irama gendang yang ditabuh bersahutan. Ada musik dang dut jalanan yang diputar keras dengan loudspeaker murahan, ada pula lantunan sholawat nabi di sisi lain jalan
Jangan engkau heran, Kawan, dan bertanya mengapa itu terjadi. Pertanyaanmu tak relevan, seperti bertanya mengapa engkau dijadikan manusia dan tidak jadi malaikat saja. Jangan engkau heran, Kawan, dan bertanya mengapa manusia di dunia ini tidak dijadikan satu model saja. Pertanyaanmu tidak ikhlas, seperti mahluq yang tak pandai bersyukur akan nikmat keberagaman.
Lihatlah di pasar rakyat itu, Kawan, manusia itu makhluq yang unik yang tak mungkin persis sama dan membawa perbedaan. Di sana juga ada kembang-kembang plastik aneka warna menirukan keberagaman alam. Alam indah karunia Tuhan yang menyimpan berjuta perbedaan, yang berjalan harmoni dalam hukum Tuhan. Jadi mengapa pula itu semua tidak kau syukuri dan renungkan
Ah, Kawan, aku jadi teringat nasihat untuk diri sendiri yang kukirim ke seorang teman. Janganlah ujub, riya', sombong; jangan pula memuja harta dan kuasa; dan jangan sekali-kali merasa ahli surga. Muslim itu membawa amanah Salam, Rahmatal lil Alamin. Mukmin itu wajib membaca ayat-ayat Tuhan di alam semesta untuk memahami firman-firmanNya. Dan toleransi itu adalah sujud syukur manusia atas keberagaman alam karunia  Tuhan. Kawan, pasar rakyat di Khol Sunang Bonang ini mengingatkan itu semua. Tentang toleransi dan rahmatal lil alamin
Itulah Kawan, keberagaman dalam makanan; yang mungkin kau jumpai tak hanya di Khol Sunan Bonang
Jika setelah membaca kisah ini, engkau tak kunjung bisa menerima keberagamanmungkin hatimu memang sakit dan perlu pengobatan
.......
Tombo ati iku limo perkarane
(obat hati itu ada lima perkaranya)