Mohon tunggu...
mohammad mustain
mohammad mustain Mohon Tunggu... penulis bebas -

Memotret dan menulis itu panggilan hati. Kalau tak ada panggilan, ya melihat dan membaca saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

"Khol" Sunan Bonang, Pasar Rakyat, dan Doa

21 Oktober 2016   19:46 Diperbarui: 22 Oktober 2016   02:51 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Monyet pun ikut beraksi. foto: dokumen pribadi

Ada balon warna-warni, topeng, kapal othok-othok berputar di air dalam nampan, boneka, dan juga aneka mainan. Ada komidi putar, ada pula monyet menari dan bertingkah dengan irama gendang yang ditabuh bersahutan. Ada musik dang dut jalanan yang diputar keras dengan loudspeaker murahan, ada pula lantunan sholawat nabi di sisi lain jalan

Monyet pun ikut beraksi. foto: dokumen pribadi
Monyet pun ikut beraksi. foto: dokumen pribadi
Itulah kawan, pasar rakyat ini laksana lukisan keberagaman. Jangan engkau kaget pula kalau ada copet berkeliaran, menatap dompet dan perhiasan. Ada banyak kebaikan di sana, tapi ada pula kejahatan dan keburukan berjalan beriringan. Sebuah cermin besar yang membuat kita waspada, copet dan pencoleng berwajah kebaikan selalu ada di tiap keutamaan. Sebuah hukum alam yang melintasi zaman, tentang manusia bertopeng kebaikan namun berlaku kebalikan

Jangan engkau heran, Kawan, dan bertanya mengapa itu terjadi. Pertanyaanmu tak relevan, seperti bertanya mengapa engkau dijadikan manusia dan tidak jadi malaikat saja. Jangan engkau heran, Kawan, dan bertanya mengapa manusia di dunia ini tidak dijadikan satu model saja. Pertanyaanmu tidak ikhlas, seperti mahluq yang tak pandai bersyukur akan nikmat keberagaman.

Lihatlah di pasar rakyat itu, Kawan, manusia itu makhluq yang unik yang tak mungkin persis sama dan membawa perbedaan. Di sana juga ada kembang-kembang plastik aneka warna menirukan keberagaman alam. Alam indah karunia Tuhan yang menyimpan berjuta perbedaan, yang berjalan harmoni dalam hukum Tuhan. Jadi mengapa pula itu semua tidak kau syukuri dan renungkan

Ah, Kawan, aku jadi teringat nasihat untuk diri sendiri yang kukirim ke seorang teman. Janganlah ujub, riya', sombong; jangan pula memuja harta dan kuasa; dan jangan sekali-kali merasa ahli surga. Muslim itu membawa amanah Salam, Rahmatal lil Alamin. Mukmin itu wajib membaca ayat-ayat Tuhan di alam semesta untuk memahami firman-firmanNya. Dan toleransi itu adalah sujud syukur manusia atas keberagaman alam karunia  Tuhan. Kawan, pasar rakyat di Khol Sunang Bonang ini mengingatkan itu semua. Tentang toleransi dan rahmatal lil alamin

Rempeyek udang, sego pecel, rengginang piring dan aneka jajanan. foto: dokumen pribadi
Rempeyek udang, sego pecel, rengginang piring dan aneka jajanan. foto: dokumen pribadi
Ah sudahlah, jika kau lapar, di lorong dalam bisa kau dapatkan nasi pecel lima ribuan dan rempeyek udang. Ada juga rengginang piring bergelantungan, bersanding dengan aneka batik, kerudung, kopiah hingga sorban. Di luar itu, ada bursa jenang memanjang memenuhi jalan; berbaris rapi sambung menyambung dan juga berpunggungan. Ada jenang coklat, merah, atau jenang hitam; ada dodol, ada pula yang disuwir-suwir warna merah dan hijau

Itulah Kawan, keberagaman dalam makanan; yang mungkin kau jumpai tak hanya di Khol Sunan Bonang

Bursa jenang memanjang di sepanjang jalan. foto: dokumen pribadi
Bursa jenang memanjang di sepanjang jalan. foto: dokumen pribadi
Itulah kisah tentang Khol Sunan Bonang. Ada tunduk, tafakkur, sujud, dzikir, tahlil, dan alunan ayat-ayat Al Qur'an. Ada diam dalam doa siri, penyerahan diri ke Tuhan Semesta Alam, memohon kelapangan rizki, keselamatan, dan keberkahan. Ada suka, gembira, lelah, tawa, dan aneka rasa kehidupan. Ada pula copet yang terus mengintai dompet dan perhiasan

Jika setelah membaca kisah ini, engkau tak kunjung bisa menerima keberagamanmungkin hatimu memang sakit dan perlu pengobatan

.......

Tombo ati iku limo perkarane
(obat hati itu ada lima perkaranya)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun