Nah, kalau soal itu biar pemerintahan Jokowi yang jawab. Soal pembangunan yang disinggung Pak SBY itu semua ada di pidato kenegaraan Presiden Jokowi dalam rangka HUT ke-71 RI pada sidang bersama DPR RI dan DPD RI di Gedung Kura-Kura, Senayan, Selasa (16/8/2016) lalu.
Mungkin saja, di mata Pak SBY apa yang dilakukan pemerintahan Jokowi saat ini kurang pas. Terlalu banyak retorika. Pemasukan pajak yang belum sesuai  dan membuat pemerintah harus melakukan penghematan dan memotong anggaran sampai dua kali. Tax amnesty yang belum berjalan sebagaimana yang dikehendaki. Jadi, pemerintah memang layak dikritik.
Namun, jangan salahkan juga kalau kritik Pak SBY ini dinilai juga sekedar sebagai langkah mendongrak citranya sebagai ketua Partai Demokrat. Sebagai politikus Pak SBY tentu bisa merasakan atmosfer paska reshuffel jilid II, kasus Archandra, dll. Ya itung-itung mendongkrak citra partai akibat kadernya yang nakal-nakal itu yang ditangkap KPK, atau kasus pemecatan Ruhut sebagai koordinator jubir partai, hanya melalui sms.
Politik memang dinamis, demikian juga hubungan antara mantan presiden dengan presiden yang sedang menjabat. Hanya saja orang awam memang suka sentimental dan membayangkan para mantan presiden dan presiden itu seharusnya baik-baik saja, saling tegur sapa, bercanda, dan bersilaturahmi. Tak perlu mengkritik secara terbuka.
Ah itu hanya romantisme, bayangan ideal yang dipaksakan, zaman sudah banyak berubah, demikian juga dalam hal berpolitik.
Meskipun begitu ada satu hal yang patut dicatat, ternyata memang tak ada Mukidi di antara Pak SBY dan Presiden Jokowi. Tak ada canda di antara mereka.
Salam, damai selalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H