Mohon tunggu...
mohammad mustain
mohammad mustain Mohon Tunggu... penulis bebas -

Memotret dan menulis itu panggilan hati. Kalau tak ada panggilan, ya melihat dan membaca saja.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tak Mukidi di Antara SBY dan Jokowi

28 Agustus 2016   20:04 Diperbarui: 28 Agustus 2016   20:10 1075
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hati Mukidi panas dan memasang spanduk juga dangan tulisan "INDONESIA TETAP MUKIDI"

.......

Ya itu kisah Mukidi dan Jaya. Saya tak hendak menyamakan Pak SBY dengan Presiden Jokowi seperti Mukidi dan Jaya. Tidak mungkin saya melakukannya. Itu berbeda jauh. Jaya dan Mukidi hanya rakyat biasa, sementara Pak SBY mantan presiden dan Pak Jokowi itu presiden. Hanya saja, saya kok merasa ada aroma persaingan ketika kritik soal visi kemaritiman pemerintahan Jokowi dipertanyakan.

Sebagai orang awam, saat melihat Menteri Susi Pudjiastuti dengan gagah berani menegakkan kedaulatan di laut Indonesia, dengan menangkapi maling ikan dari luar itu, hati saya mongkog bangga. Indonesia telah kembali sadar dengan kekayaan maritimnya yang selama ini dirampok nelayan dan pengusaha ikan asing.

Sebagai orang awam, saat melihat Presiden Jokowi berdiri dengan gagah di KRI Imam Bonjol yang berlayar di Laut Natuna 23 Juni lalu, menegasan kedaulatan Indonesia, sebagai jawaban atas sikap China yang main klaim saja, saya sangat bangga. Tak hanya itu, Presiden Jokowi juga memutuskan pembangunan terpadu di Natuna, yang meliputi industri perikanan dan menambah kekuatan pertahanan kita di sana.

Sebagai orang awam, pembangunan dan peningkatan fungsi pelabuhan yang dilakukan pemerintahan Jokowi-JK sejak awal pemerintahannya untuk mewujudkan Tol Laut, saya nilai membuat banyak kemajuan. Arus barang telah mulai cepat dan lancar ke daerah-daerah yang selama sulit, seperti Papua yang membuat harga barang kebih murah. Program tol laut dengan membangun banyak pelabuhan itu jelas perwujudan visi negara maritim. 

Sebagai orang awam, saya tak mau menulis angka-angka yang njlimet itu, biar Om Fajar Marta redaktur ekonomi kompas yang menulisnya. Selama ini dia cukup bagus menulis masalah pembangunan infrastruktur dan pajak yang dulu sempat dipersoalkan SBY. Hanya saja, pembangunan tol laut yang masih berjalan itu mestinya merupakan implementasi dari visi kemaritiman pemerintahan Jokowi-JK.

Jadi mestinya soal visi kemaritiman Jokowi-JK ya sudah with action, with policy, with actual program to be implemented (dengan tindakan, dengan kebijakan, dengan program aktual untuk dikerjakan). Hanya saja, memang tak bisa seluruh energi tumblek blek diarahkan ke pembangunan kemaritiman.

Menteri Susi itu juga sudah mengusahakan banyak perbaikan ekonomi untuk nelayan juga. Mulai soal asuransi sampai proteksi dari kapal-kapal besar maling ikan, perbaikan dan perlindungan ekosistem kelautan itu juga visi kemaritiman. Dengan begitu, kekayaan laut bisa dimanfaatkan secara berkelanjutan.

Pak SBY menilai pemerintah saat ini terlalu berfokus pada pembangunan infrastruktur di darat, seperti pembangunan kereta api dan jalan raya. Sementara banyak sektor laut yang belum dikembangkan seperti minyak dan gas lepas pantai, perikanan, pariwisata, hingga pembangunan masyarakat pesisir.

Pak SBY menghendaki harus ada keseimbangan antara darat dan laut, harus ada rumusan Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional, juga di APBN, APBD daera kepulauan juga dibedakan dengan APBD daerah daratan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun