Mohon tunggu...
Dadan K Ramdan
Dadan K Ramdan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Pangan

Pegiat Pangan di sekitar Jawa Barat dan fokus pada pengembangan human capital ekosistem komunitas usaha komoditas pangan berbasis digital yang berkelanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Perbedaan Harga Pangan Yang Menyesakkan Dada Petani.

25 Desember 2024   16:39 Diperbarui: 5 Januari 2025   13:58 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis bersama sekretaris Koperasi Produsen Cianjur Selatan Jaya dalam rangka pengembangan ekosistem komunitas usaha komoditas pangan (nelayan) berba

Setiap produk hasil pangan akan melewati banyak tangan mulai dari produsen sampai ke konsumen, mulai dari pengelolaan budidaya masuk ke tengkulak lalu ke bandar serta di angkut oleh distributor dan atau langsung oleh supplier untuk sampai lokasi pasar.

Selain itu kontribusi pada kenaikan harga pun dipengaruhi oleh Pajak, serta biaya transportasi, dan biaya operasional lainnya, terlebih jalur logistik yang masih belum memberikan fasilitasi kelancaran dan kenyamanan karena saat melalui setiap titik kumpul sering ditemukan kemacetan, ditambah lagi dengan infrastruktur jalan yang belum memenuhi standar kelayakan untuk dilalui sebagai jalur transportasi angkutan barang.

Hal ini tidak berakhir di situ, karena sesampainya dilokasi pasar, masih ada biaya-biaya lain nya yang mempengaruhi kenaikan harga jual, yaitu monopoli serta oligopoli dan perantara yang menjadi cukong dan calo.

Lantas bagaimana dengan kualitas produk sesampainya dilokasi pasar, tentu nya hal ini pun banyak terpengaruh karena perjalanan yang lama serta pengendapan di lokasi-lokasi tujuan, akibat proses negoisasi harga dan loper barang yang terhambat sampai ke kepada para penunggu lapak.

Diluar itu masih ada pengaruh lain diantaranya, faktor geografis dan perubahan cuaca yang ekstrim, jarak tempuh yang berkelok tajam serta hujan yang mengguyur deras, menghujam perjalanan armada angkut, tak lupa sering terjadi pungli oknum para pihak pengatur jalan raya dan juga aksi pemalak disetiap perempatan atau pertigaan jalan raya, maka secara berantai terakumulasi untuk berkontribusi pada pertambahan harga serta peningkatan inflasi dan menambah beban hidup masyarakat, khususnya para konsumen yang terpaksa harus membayar dengan nilai rupiah yang lebih tinggi dan jika tidak di beli tidak akan mendapatkan barang yang dibutuhkan, dan daya belipun semakin berkurang.

Ilustrasi ini harus segera ditangani secara maksimal dengan berbagai pendekatan agar setiap penyumbang kenaikan harga bisa terkelola dengan baik, tentunya perlu melakukan penataan yang komprehensif serta terpadu dan ini tentu tidak mudah, perlu dimulai dengan berbagai simulasi dan hal ini membutuhkan waktu cukup panjang jika memulainya harus dari awal.

Semua mata rantai setiap komoditas pangan ini harus disusun menjadi sebuah ekosistem terpadu ke dalam masing-masing klaster atau komunitas usaha, dan setiap komunitas usaha harus memiliki orientasi terhadap masing-masing komoditas pangan, dan untuk meluruskan setiap simpul penyumbang kenaikan harga, harus masuk kedalam sistem secara terpadu, meskipun nanti akan berimplikasi pada pengurangan jalur rantai pasoknya, dan ujung nya melakukan penentuan harga secara transparan sesuai dengan rencana dan proyeksi rugi laba usaha dan ini dapat meniadakan moda saling curiga diantara para pelaku proses penjualan produk hasil pangan.

Namun demikian pengurangan atau memperpendek rantai pasok pun tidak harus melahirkan peningkatan pengangguran, tetapi mesti mengakomodir semua simpul penyumbang kenaikan harga untuk berada dalam satu sistem yang terpadu.

Sebetulnya dengan ada nya koperasi sudah merupakan satu kesimpulan terbaik, dan ini tinggal kemampuan pemerintah untuk melakukan pengetatan dan pengawalan para pihak dan penguatan koperasi menjadi leader untuk memimpin semua komunitas usaha, termasuk semua komoditas nya menjadi terpadu dalam satu ekosistem komunitas usaha komoditas pangan.

Jika diperlukan pengetatan dan pengawalan para pihak itu langsung di monitor perangkat negara baik dari pihak militer maupun pihak kepolisian, seyogyanya nya yang berperan adalah pihak kepolisian namun karena beberapa hal yang menjadikan kurangnya kepercayaan masyarakat karena ulah oknum tertentu maka rasa perlu menurunkan team khusus sebagai team gabungan.

Melanjutkan tentang ekosistem tentu ada yang perlu diperhatikan yaitu setiap satu ekosistem komunitas usaha komoditas pangan di bawah kepemimpinan institusi koperasi, harus bergerak dan bekerja secara sistemik mulai proses perencanaan dan pengelolaan budidaya, kemudian pengelolaan pasca panen dan pengelolaan distribusi nya, baru akan ketemu dengan koperasi pasar, dan koperasi pasar pun harus diposisikan sebagai leader untuk memimpin institusi atau komunitas lain nya dalam lingkup pengelolaan pasar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun