Mohon tunggu...
Daisa Intan
Daisa Intan Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar/ Mahasiswa

Saya seorang pelajar yang hobi menulis. Saya akan menjadi relawan untuk menerbitkan artikel yang menyangkut permasalahan sosial atau lingkungan.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Remaja Bersuara: Jika di Negeri Sendiri Hampir Mati, Lantas Kemana Sayap Putih nan Suci Itu Akan Pergi? Masa Depan Manusia, Warisan Dunia

4 Januari 2025   18:50 Diperbarui: 4 Januari 2025   18:45 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Byar.... Suara deru ombak yang saling bersahutan memecah keheningan, seperti sedang balapan menggapai ujung batas lautan dan daratan secara tenang. Membuat siapa saja yang berada di sana seperti merasakan dirinya hanyut dalam kenyamanan. Udaranya yang segar nan sejuk seakan mewakili kesuburan alam di sana. Terik matahari yang menyengat kulit, menambah kesan eksotis tempat tersebut. Satuan benda kayu milik nelayan dan warga setempat mengapung di permukaan air menawarkan wisata pemandangan bagi pengunjung yang tertarik menaikinya. Hamparan air tenang sejauh mata memandang, tampak jernih seakan memantulkan semua benda yang berada di atasnya. Aku mulai memusatkan pandanganku ke arah permukaan air sambil menerka dalam benakku, sebenarnya ada apa di balik kejernihan air yang tenang itu? Sungguh tiada banding untuk menikmati keindahan dan keelokan yang ditawarkan Pantai Baros sebagai upaya memanjakan mata dan menenangkan jiwa, suasana yang asri nan alami dengan pemandangan yang didominasi warna hijau menjadi ciri khas keunikan alam Indonesia.

Aku melihat pantulan permukaan air yang menampakkan benda putih terbang dengan sangat cepat, bersamaan terdengar suara kepakan sayap ringan yang memekik telinga.

Phak....Phak....Phak....

Kemudian aku mendongakkan kepalaku untuk melihat ke angkasa di tempat benda putih itu berada. Ternyata tidak hanya ada satu, tapi beberapa benda putih itu bergerak mengepakkan sayapnya dengan lincah dan indah seperti mereka sedang menari di bawah kumpulan awan yang menghiasi langit pada siang hari itu. Aku menginjakkan kakiku dan membuatnya melangkah satu persatu meninggalkan jejak di tanah lapang bewarna hijau yang ditumbuhi ragam rerumputan, mengikuti arah ke mana gerombolan benda putih tersebut terbang mengepakkan sayapnya. Ketika aku berlari semua temanku yang sedang berlibur ke tempat itu bersamaku, ikut mengikuti ke mana arah aku berlari. Saat itu yang ada di pikiranku sebagai seorang remaja berusia 16 tahun dipenuhi dengan rasa ingin tahu tinggi, yang kemudian memacuku untuk mengikuti dan membuktikan benda putih yang barusan terbang di atas melintasi posisi aku berada.

Lama sudah aku menjejakkan kaki mengejar benda putih terbang sampai tetesan keringat mulai membasahi pelipis dan pipiku. Kakiku yang sudah tidak lagi mengayun sekuat pada saat awal aku berlari, kini rasa kebas mendominasi. Teman-temanku yang mulai bisa menyusulku satu persatu, lalu mempertanyakan akan ke mana aku pergi sampai lari sejauh beberapa meter dari posisi awal kita berdiri. Begitu pun diriku yang mulai berhenti melangkahkan kaki sambil mengatur tarikan dadaku yang mulai meninggi. Di tempat aku dan teman-teman berada, kami serentak mengunci pandangan ke arah benda putih nan indah yang bertengger pada pohon bakau di sana. Terletak tidak jauh dari mata kami memandang, di jumpai banyak benda serupa yang menghiasi keindahan ruang alamnya.

Dari jarak yang dekat aku bisa melihat lebih jelas benda putih dan indah itu adalah salah satu spesies satwa liar Indonesia yaitu Burung Kuntul. Jika menurut temanku yang merupakan anak dari Kelas Biologi, Burung Kuntul merupakan spesies burung dengan nama ilmiah Ardeidae.

"Burung Kuntul memang tinggal di sini, di Hutan Bakau (Mangrove) seperti di Pantai Baros ini, tempat ini sudah menjadi habitat bagi spesies satwa seperti mereka", kata Nia (temanku).

Burung Kuntul sudah sejak lama menjadikan Indonesia sebagai tempat tinggal mereka. Karena Indonesia sebagai negara beriklim tropis menjadi tempat bertumbuhnya hutan bakau yang merupakan habitat asli Burung Kuntul, salah satunya berada di Kawasan Hutan Bakau Pantai Baros yang berlokasi di Yogyakarta.

Hutan bakau memberikan jutaan kemanfaatan yang penting bagi kehidupan di dunia ini. Hutan bakau mampu menjadi benteng hijau untuk menahan ombak pantai agar tidak terjadi penggerusan permukaan bibir pantai (abrasi). Hutan bakau juga dapat menjaga kualitas air melalui proses biologis pengendapan lumpur dengan akar-akar pohonnya sehingga beberapa biota laut seperti udang, kepiting serta beberapa jenis ikan dapat tinggal dan mencari makanan di sana. Selain itu hutan bakau bisa menjaga kestabilan kualitas udara tetap segar dan baik bagi makhluk hidup di dunia dengan mengunci dan menyerap karbondioksida.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dr. Nugroho Tri Waskitho dari Universitas Muhammadiyah Malang dalam IOP Conference Series: Material Science and Engineering dalam salah satu kutipannya menunjukkan bahwa "Hutan Mangrove memiliki kemampuan untuk menyerap Karbondioksida".

Kemanfaatan lainnya dari hutan bakau apabila dilihat dari sisi ekonomi merupakan penggerak perekonomian melalui bisnis sektor pariwisata. Seperti halnya Kawasan Hutan Bakau Pantai Baros di Yogyakarta yang dijadikan sebagai tempat wisata sekaligus dijadikan sebagai tempat pemberdayaan alam untuk menjaga kelestarian puspa dan satwa di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun