Mohon tunggu...
Dairaby Alfurqaan
Dairaby Alfurqaan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

seorang mahasiswa yang selalu berusaha mencari ilmu dan mencoba segala hal

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Fenomena Kampanye Politik di Twitter dalam Meningkatkan Kualitas Kesadaran Politik Mahasiswa

16 Januari 2023   06:55 Diperbarui: 16 Januari 2023   07:08 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menurut Cangara dalam Wulansari (2014) bagi manusia media hadir sebagai alat yang menyalurkan berbagai pesan dalam bermasyarakat. Media pada prinsipnya ialah segala sesuatu yang merupakan saluran untuk menyatakan gagasan, isi jiwa atau kesadaran manusia. Media dibagi dalam tiga bentuk. Pertama, media menyalurkan ucapan. 

Kedua, media menyalurkan tulisan dan ketiga, menyalurkan gambar hidup. Dalam perkembangan teknologi, timbul media baru yang dikenal sebagai media interaktif melalui komputer yang kerap aklidisebut internet. Begitu cepatnya kemajuan teknologi komunikasi berlangsung berdasarkan proses perjalanan waktu, telah memberi pengaruh terhadap cara-cara manusia berkomunikasi.

Media baru ialah berbagai perangkat teknologi komunikasi yang berbagi ciri yang serupa, yang mana selain baru didukung dengan digitalisasi serta ketersediannya yang luas untuk penggunaan pribadi sebagai alat komunikasi. Media baru dilambangkan oleh internet. Ciri utama lembaga media internet yaitu pertama, internet tidak hanya terkait dengan produksi dan penyebaran pesan, tetapi juga sejajar dengan proses, pertukaran dan penyimpanan. Kedua, media baru adalah lembaga komunikasi publik serta privat, dan diatur (atau tidak) dengan layak. Ketiga, kinerja mereka tidak sebagaimana sebagaimana media massa.

Kampanye Politik

Kampanye adalah serangkaian tindakan komunikasi terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu (Pontoh et al., 2015). Kampanye terbagi ke dalam tiga kategori, yakni product-oriented campaigns, candidate oriented campaigns dan ideologically or cause oriented campaigns. Product-oriented campaigns adalah kampanye yang berorientasi pada produk, sering terjadi di lingkungan bisnis. Kemudian candidate-oriented campaigns, adalah kampanye yang berorientasi pada kandidat umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk mendapat kekuasaan politik. Dengan demikian jenis kampanye ini dapat juga disebut sebagai political campaign atau kampanye politik yang tujuannya antara lain adalah untuk memperoleh dukungan masyarakat terhadap kandidat-kandidat yang diajukan partai politik agar mampu menduduki jabatan-jabatan politik yang diperebutkan melalui proses pemilihan umum. Selanjutnya ideologically or cause oriented campains, yaitu jenis kampanye yang berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan seringkali berdimensi perubahan sosial.

Pasal 77 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012, menegaskan bahwa kampanye pemilihan umum (Pemilu) merupakan bagian dari pendidikan politik masyarakat dan dilaksanakan secara bertanggung jawab (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, 2012). Adapun metode kampanye yang tertuang pada Undang-Undang tersebut, dapat dilakukan melalui,

  • Pertemuan terbatas,
  • Pertemuan tatap muka,
  • Penyebaran bahan Kampanye Pemilu kepada umum,
  • Pemasangan alat peraga di tempat umum,
  • Iklan media massa cetak dan media massa elektronik,
  • Rapat umum, dan
  • Kegiatan lain yang tidak melanggar larangan Kampanye Pemilu dan ketentuan peraturan perundang-undangan (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, 2012).

Berkenaan dengan kampanye politik, beberapa pakar komunikasi politik berpendapat, antara lain Arnold Steinberg dalam Efriza (2012). Menurut Steinberg, kampanye politik merupakan cara yang digunakan warga negara dalam demokrasi untuk menentukan siapa yang akan memerintah mereka. Kampanye politik adalah suatu usaha yang terkelola, terorganisir untuk mengupayakan orang dicalonkan, dipilih, atau dipilih kembali dalam suatu jabatan resmi. Sementara Cangara dalam Wulandari (2014), menjelaskan bahwa kampanye merupakan aktivitas komunikasi yang bertujuan untuk mempengaruhi orang lain agar ia memiliki wawasan, sikap dan perilaku sesuai dengan kehendak atau keinginan penyebar atau pemberi informasi. Dalam konteks komunikasi politik, kampanye dimaksudkan untuk memobilisasi dukungan terhadap suatu hal atau seorang kandidat.

Metode Penelitian

Penelitian ini menerapkan desain penelitian kualitatif yang dimana menurut Sekaran & Bougie (2016) desain kualitatif menghasilkan data yang berupa kata-kata. Terdapat beberapa teknik pendekatan dalam desain penelitian kualitatif, satu di antaranya merupakan studi kasus. Studi kasus adalah sebuah desain penelitian yang sering kali dijumpai diberbagai bidang, khususnya evaluasi. Peneliti ingin mengembangkan suatu analisis secara mendalam yang didasari sebuah kasus serta melakukan pengumpulan data atau detail informasi dengan berbagai cara prosedur pengumpulan data (Creswell, 2014).

Jenis desain penelitian kualitatif studi kasus dipecah menjadi beberapa bagian berdasarkan ukuran fenomenanya serta dalam keterikatannya dengan tujuan analisis kasus. Ada tiga jenis yang masuk dalam tujuan analisis, diantaranya ialah studi kasus instrumental tunggal, studi kasus kolektif atau ganda, dan studi kasus intrinsik. Penelitian ini menggunakan jenis studi kasus instrumental tunggal, yang mana peneliti berfokus akan satu fenomena, kemudian analisis dengan analisis holistik, yaitu mendeskripsikan keseluruhan kasus, lalu menginterpretasikan pernyataan akan keseluruhan kasus.

Dalam penelitian ini fokus permasalahannya adalah pengaruh kampanye politik pada media sosial Twitter dalam meningkatkan partisipasi politik mahasiswa. Kemudian, data didapat melalui wawancara dengan 10 warga Ilmu Komunikasi Universitas Bhayangkara Jakarta Raya. Karakteristik mahasiswa yang dijadikan informan ialah mereka yang aktif menggunakan media sosial Twitter dan mengikuti salah satu tokoh politik yang ada saat ini. Alasan kami menjadikan mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Bhayangkara yang aktif menggunakan media sosial Twitter sebagai informan dikarenakan mereka merupakan mahasiswa yang aktif yang ikut andil serta ikut aktif dalam menyuarakan kepentingan politik melalui platform media sosial Twitter yang mereka miliki. Sedangkan data pendukung berupa dokumen diperoleh melalui jurnal terdahulu. Data yang diperoleh akan dianalisis secara keseluruhan dan dideskripsikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun