- Gangguan kognitif:Â Radiasi luar angkasa dapat memengaruhi otak dan sistem saraf, serta mengganggu fungsi kognitif, seperti memori, pembelajaran, perhatian, dan pengambilan keputusan. Risikonya lebih tinggi untuk paparan ion berat daripada proton atau elektron. Sebuah penelitian terhadap tikus yang terpapar radiasi ruang angkasa yang disimulasikan menunjukkan bahwa mereka mengalami penurunan aktivitas saraf dan plastisitas sinaptik di hipokampus, wilayah otak yang terlibat dalam pembelajaran dan memori.
- Efek degeneratif lainnya: Radiasi luar angkasa juga dapat menyebabkan efek degeneratif lainnya pada tubuh manusia, seperti katarak, keropos tulang, atrofi otot, disfungsi kekebalan tubuh, dan kemandulan. Efek-efek ini dapat mengganggu kualitas hidup dan kinerja para astronot selama dan setelah misi. Beberapa efek ini mungkin tidak dapat dipulihkan atau bersifat progresif.
Untuk melindungi para astronot dari radiasi luar angkasa, NASA menggunakan berbagai strategi, seperti perisai, peramalan, pemantauan, dan penanggulangan. Perisai melibatkan penggunaan bahan, seperti aluminium, air, atau polietilena, untuk memblokir atau mengurangi paparan radiasi.Â
Peramalan melibatkan prediksi aktivitas matahari dan lingkungan radiasi menggunakan satelit dan model. Pemantauan melibatkan pengukuran dosis radiasi dan efek biologis menggunakan sensor dan biomarker. Penanggulangan melibatkan penggunaan obat-obatan, nutrisi, olahraga, dan intervensi perilaku untuk mencegah atau mengobati kerusakan akibat radiasi. Namun, strategi ini memiliki keterbatasan dan tantangan, dan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengembangkan solusi yang lebih efektif dan layak untuk misi jangka panjang dan antarplanet.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H