Mohon tunggu...
Dailymonthly
Dailymonthly Mohon Tunggu... Freelancer - Just Another Blog

Budayakan Membaca Dailymonthly | Prima H. I have been writing for over 10 years. I have written on various topics such as politics, technology, and entertainment. However, my true passion lies in writing about comprehensive analysis and from various points of view. I believe that writing from multiple perspectives allows me to explore my subjects, settings, and moral gray areas from a wider variety of perspectives, which sustains complexity and keeps the reader interested. I have written several articles on this topic and am considered an expert in the field.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Di Antara Dua Dunia: Suku Yali di Papua Barat

14 Mei 2023   06:05 Diperbarui: 14 Mei 2023   06:13 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Suku Yali, Papua Barat (dok.Pribadi)

Di Antara Dua Dunia: Suku Yali di Papua Barat

Seorang penulis yang berjiwa petualang menjelajahi provinsi terpencil dan beragam di Indonesia, di mana tradisi kuno berbenturan dengan pengaruh modern.

Perjalanan ke Papua Barat: Menyaksikan Perbatasan yang Berubah

Papua Nugini adalah rumah bagi Papua Barat, provinsi terpencil dan liar di Indonesia yang mencakup semenanjung Bomberai dan Doberai serta Kepulauan Raja Ampat. Provinsi ini dikelilingi oleh Samudra Pasifik, Laut Banda, dan Laut Ceram, dan ditutupi oleh hutan yang melindungi keanekaragaman flora dan fauna. 

Suku Yali, salah satu dari sekian banyak kelompok masyarakat adat di Papua Barat, tinggal di dataran tinggi di mana awan-awan menyelimuti puncak-puncak gunung dan pesawat-pesawat kecil mendarat di padang rumput yang sempit. Suku Yali telah mengalami transisi dramatis dari cara hidup tradisional mereka ke cara hidup modern yang dipengaruhi oleh pemerintah Indonesia dan proyek-proyek pembangunannya.

Penulis mendaki selama beberapa hari dari satu desa Yali ke desa lainnya, tidur di lantai tanah, lupa waktu, dan bertemu dengan orang-orang yang mengenakan cawat dan labu penis. 

Di pemukiman yang lebih besar, ia melihat para wanita mengenakan rok rumput dan berdagang sayuran dengan uang kertas, sementara para pria menggunakanw parang baja untuk membersihkan lahan yang curam untuk berkebun. Ia juga mengetahui bahwa malaria, penyebab utama kematian di negeri tropis ini, dirawat di klinik-klinik gereja. 

Penulis bertanya-tanya bagaimana pemerintah Indonesia dapat mengintegrasikan 20.000 orang Yali dan penduduk asli Papua Barat lainnya ke dalam identitas nasional, sambil menghormati keragaman budaya dan otonomi mereka.

Di desa Pasikni, penulis bertemu dengan Korpun, seorang pria tua yang tidak pernah meninggalkan pegunungan. Ia sudah terlalu tua untuk pergi ke tempat lain, meskipun di luar sana ada kedamaian. Korpun telah berpartisipasi dalam pemilihan umum nasional terakhir, tetapi ia tampaknya tidak mengerti banyak tentang politik atau demokrasi. Penulis mengamati bahwa "Anda tidak dapat dengan mudah mengambil hutan dari masyarakat."

Sejarah dan Budaya Papua Barat

Pada tahun 1963, Indonesia mengambil alih Papua Barat, yang sebelumnya dikenal sebagai Nugini Belanda, dan menjadikannya provinsi ke-26 dan terbesar di Indonesia, mengantarkan Papua Barat ke era baru dengan perubahan yang cepat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun